Kesadaran terhadap arti penting komunitasi dan networking dengan masyarakat internasional adalah salah satu alasan mengapa Pelabuhan Tanjung Perak menjadi anggota aktif pada organisasi INAP (International Network Affiliated Ports) yang bermarkas besar di Jepang.
Bahkan, Tanjung Perak adalah salah satu inisiator organisasi nirlaba ini sejak 1998 bersama The Newport of Kochi Jepang, Port of Colombo Sri Lanka, the Port of Subic Bay Filipina, Port of New Orleans Amerika Serikat, dan Port of Qingdao, Tiongkok.
Masuknya Mokpo Newport di Korea sebagai anggota pada awal 2004 menjadikan aktivitas makin bervariasi. Program yang direspons positif adalah ITEP (INAP Technical Exchange Programs), yang merujuk pada hasil survei dan tindak lanjut the 11th INAP 2009 Mokpo Conference and Exhibition yang diselenggarakan pada 8-9 September 2009. Yakni, setiap anggota INAP setuju untuk saling mengirimkan minimal satu orang dengan latar belakang pemahaman logistik kemaritiman.
Maka, direalisasikanlah program ITEP 2010 pada 10 April-1 Mei 2010 yang baru lalu. Pengelola Pelabuhan Tanjung Perak mengirimkan penulis ke Mokpo Newport Korea Selatan dan sebaliknya seorang delegasi dari Korea dikirim Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Sederhananya, bertukar SDM untuk saling mengenali sistem dan operasional secara praktis dan sekaligus bermukim di negara tujuan.
Metode pelaksanaan, antara lain, dengan presentasi makalah mengenai company profile dan data ekspor-impor Korea-Indonesia, diskusi dalam komunitas kecil pada setiap divisi di terminal pelabuhan, dan diskusi pleno dengan menghadirkan chairman/CEO (chief executive officer) beserta seluruh jajaran Mokpo Newport, observasi lapangan dengan visit dunia industri dan pelabuhan lain di Korea, dept interview (wawancara mendalam) dengan narasumber terkait, dan berdiskusi tentang komoditas yang memungkinkan dibuka rute pelayaran langsung dari Mokpo Newport Korea-Surabaya Indoensia.
Sekitar tiga minggu penulis melakukan eksplorasi ke pelabuhan, kota, dan dunia industri di Korea. Kunjungan penulis, antara lain, ke Kontainer Operasional Mokpo Newport, zona industri Mokpo, kantor cabang Seoul Korea, Incheon Port dengan sistem Lock Gate Operation System mirip dengan terusan Suez/Panama, kota industri Jinju, Gwangyang Port, Pusan/Busang Port, dan tentu saja Hyundai Samho Heavy Industry, serta Daehan Shipbuilding Company, Mokpo.
Dapat dikatakan, metode program ini adalah indoor (presentasi, searching data, diskusi, interview, perumusan) dan outdoor (visit dan observasi lapangan).
Pelabuhan Korea dan Pelabuhan Indonesia
Industri pelabuhan di Korea sendiri memiliki kontribusi 5,4 % dari gross domestic product (GDP), dengan kontribusi dari Busan Port 22,4 %, Incheon Port 35 %, dan Gwangyang Port 49,4 %.
Sebagai ilustrasi, Busan New Port pada 2008-2009 meng-handle lebih dari 1,58 juta TEUs dan berambisi pada 2010 ini menghandel lebih dari 3 juta TEUs dengan menambah kapasitas menjadi 10,6 juta TEUs, 33 berths, dan menjadi pelabuhan pengumpul (hub port) terbesar di North East Asia. Sedangkan Gwangyang Port memiliki 16 berth (dermaga) kapasitas 5,48 juta TEUs, dengan handel riil 1,8 juta TEUs.
Pemkot di Korea, pelayaran (shipping company), terminal operator, dan otoritas pelabuhan Korea saling bergandeng tangan. Mereka berusaha mengimplementasikan konsepsi PPP (public private partnership), baik dalam hal ketersediaan lahan terminal, peralatan bongkar muat dan teknologi, kebijakan investasi, dan lain-lain untuk menjamin kelancaran arus barang (flow of cargo).