Dengan tujuan memperluas sosialisasi, artikel ini saya kutipkan langsung dari publikasi saya di Harian Banjarmasin Post. Kampanye wisata oleh Presiden Jokowi perlu didukung dengan ide pengembangan dan pelaksanaan di lapangan. Bagaimana ceritanya?
Masih fresh from the oven, Presiden Jokowi meluncurkan InJourney pada pertengahan Januari 2022 di Lombok yang akan melibatkan Holding BUMN Sektor Pariwisata yakni PT Angkasa Pura I (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero), PT Hotel Indonesia Natour (Persero), PT Pengembang Pariwisata Indonesia (Persero), PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko (Persero), dan PT Sarinah (Persero).
Dengan target ambisius 17 juta kunjungan wisatawan manca negara (wisman), 330 juta wisatawan nusantara (wisnu), diharapkan sector industry wisata akan mampu berkontribusi kepada negara sebanyak 4,5% dari produk domestic bruto (PDB), dan menyerap 13 juta lapangan kerja.
Di era new normal post pandemic Covid19 yang belum usai dengan tamu baru bernama virus omicron, maka target tersebut memerlukan tantangan tersendiri dari sisi penegakaan protocol kesehatan dan disiplin semua pemangku kepentingan untuk patuh dan taat protocol.
Lantas, bagaimana yang bisa kita sumbangkan ide pemikiran untuk meningkatkan arus wisatawan di Provinsi Kalimantan Selatan pada umumnya, dan Kota Banjarmasin pada umumnya?
Semua orang sudah tahu bahwa Banjarmasin adalah Kota Seribu Sungai. Permasalahannya adalah, apakah semua pemangku kepentingan aware untuk secara konsisten mempertahankan dan meningkatkan daya tarik potensi wisata maritime ini?
Kekayaan alam lingkungan, produk ikan dan hutan basah Kalimantan dengan ragam anggrek, bekantan yang endemic atau bahkan hanya ada di Kalimantan, adalah sebagian bukti bahwa Banjarmasin adalah Kota Wisata yang masih tertidur.
Setidaknya ada 3 alasan mengapa kita perlu merekonstruksi pemikiran dalam konteks meningkatkan wisata maritime di Banjarmasin.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!