Walahhh... Suku Maya eksis pada tahun 600-an Masehi, sedangkan Candi Sukuh eksis pada era Majapahit pada tahun 1400-an Masehi.
Candi ini Terletak di lereng kaki Gunung Lawu pada ketinggian kurang lebih 1.186 meter diatas permukaan laut. Bangunan bersejarah ini merupakan Candi Hindu pada masa Kerajaan Majapahit dan termasuk dalam situs warisan dunia.
Berbeda dengan Candi atau Piramida Maya di Guetemala yang ada rekam jejak pengorbanan manusia, Candi Sukuh ini penuh dengan simbolisasi seks dan kesuburan manusia. Sebagian patung atau relief juga ada unsur mesumnya jika dilihat dari perspektif kelaziman bahwa bagian vital manusia seharusnya ditutup dan tidak dipamerkan.
Bagaimana mungkin arsitektur Maya dibawa ke Indonesia?
Siapa yang membawanya?
Siapa yang mengambarnya?
Padahal Spanyol tidak pernah datang untuk menjajah dalam jangka panjang ke Indonesia khususnya di Karanganyar Jawa Tengah. Kalau toh datang, sejarah mencatat bukan sebagai kolonialis hanya mampir di sekitar pesisir utara Pulau Jawa.
Bila ditilik dari asal muasalnya, sejarah Candi Sukuh ini sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut baik untuk studi sejarah, arkeologis, sosiologis, maupun compare and contrast dengan peradaban Maya di Guetemala.
Bangunan candi terletak di Jawa Tengah dan ditemukan oleh arkeolog bernama Johnson dalam keadaan runtuh pada tahun 1815 pada masa pemerintahan Gubernur Raffles. Sebagaimana diketahui GUbernur Raffless ini juga penyusun buku The History of Java, dan saya baru tahu ternyata beliau berpulang dalam usia yang sangat muda 45 tahun.
Namun karya bukunya dahsyat.
Lalu bangunan ini diteliti oleh Van der Vlis pada tahun 1842 yang menghasilkan laporan dalam buku Van der Vlis dengan judul Prove Eener Beschrijten op Soekoeh en Tjeto. Jangan-jangan bangunan Candi Sukuh itu hasil rekonstruksi Belanda yang akhirnya dimiripkan ke piramida di Amerika Selatan?