Ada gajah di hutan belantara/ sangat kuat dan ditakuti/
begitu perkasa/ dengan terompet belalai yang sangat memukai/
para warga hutan yang sering merasa ngeri/
postur dan kekuatan gajah yang tidak terperi/
hingga datang para pemburu/ penakluk gajah dan pelatih sirkus/
ditaklukkan gajah/ dilatih semau para pelatih/ dijadikan tontotan/
semua bersurak melihat atraksi gajah/ sementara gajah yang lain ada yang berkata/
tidakkah lebih enak jaman kita dulu di hutan rimba/
tanpa kekangan dan bebas memangsa rumput liar dan merobohkan pohon sesuka hati/
dan mandi lumpur di sungai bersama kawanan penghuni/
gajah yang tua berkata/ apakah kau kira kita masih di hutan rimba/
akankah engkau lari dari kenyataan/ bahwa kita semua sudah ada di kandang ini?/
menunggu atraksi akan dilakukan lagi/
seandainya engkau melawan pun/ engkau akan diusir oleh kawanan manusia lainnya/
karena dianggap membahayakan/ dan engkau pun tidak punya hutan untuk hidup/
karena ini kita di kandang/ dan di luar itu adalah kota hutannya manusia/
para gajah tepekur/ sebagian terus mendengkur/
besuk harus beratraksi lagi/ menghibur para penonton kawanan manusia/
dan gajah kehilangan daya raksasa/ mereka menjadi pemain sirkus/
menghibur manusia demi seonggok rumput/ dan seember katul dan nutrisi hewan sirkus lainnya/
demikian kisah gajah yang kulihat/ termenung di sudut kandang sirkus/
ketika itu / ................................................... (13.07.2021-Endepe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H