Tulisan ini diadaptasi dari interview dengan 3 orang profesor di bidang riset.
Nah jika ingin berkenalan pada tiga pemimpin wanita dalam Riset Operasi akan ditampilkan Profesor Elise Miller-Hooks, Profesor Grazia Speranza, dan Profesor Claudia Archetti -- dan siapa tahu akan tertarik untuk membaca cerita mereka.
Kurang dari satu dari tiga peneliti secara global adalah perempuan. Sementara inisiatif seperti Tujuan Pembangunan Berkelanjutan berarti kesenjangan gender semakin dekat, masih ada pekerjaan yang harus dilakukan di dunia akademis, termasuk dalam riset operasi.
Ketiga orang yang diwawancarai menghadapi rintangan di jalan mereka, tetapi mendekati karir mereka dengan tekad dan optimisme, yang mereka wariskan kepada wanita muda di lapangan.
(1) Profesor Elise Miller-Hooks, Pemimpin Redaksi, Analisis dan Pemodelan Keberlanjutan - baca dan/atau dengarkan ceritanya
(2) Profesor Grazia Speranza, Presiden, International Federation of Operational Research Societies (IFORS) -- baca dan/atau dengarkan ceritanya
(3) Profesor Claudia Archetti, Wakil Presiden 3 Asosiasi Riset Operasional Eropa (EURO) -- baca dan/atau dengarkan ceritanya
"Sama sekali tidak benar bahwa Anda tidak dapat membangun keluarga dengan karir," kata Prof Archetti. "Saya punya keluarga -- saya punya dua anak perempuan. Anda dapat memberikan keluarga Anda apa pun yang mereka butuhkan dari Anda, yang tidak berarti Anda harus berada di sana penuh waktu. Anda harus memberi mereka cinta pertama-tama. Dan mereka perlu tahu bahwa keluarga adalah prioritas Anda. Tapi Anda bisa melakukannya tanpa menyerah pada apapun yang berhubungan dengan karir Anda."
Kepemimpinan masih merupakan ruang yang didominasi laki-laki, dan orang-orang yang diwawancarai percaya sudah waktunya bagi perempuan untuk lebih menyuarakan ambisi mereka. "Kami tidak memainkan permainan ini dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pria," kata Prof. Miller-Hooks. "Saya tidak mengatakan bahwa kami harus melakukannya, tetapi kami bisa lebih mendukung diri kami sendiri."
Prof Speranza setuju. "Kita harus lebih ambisius," katanya. "Kita seharusnya tidak hanya senang dengan pencapaian hasil; kita juga harus bertujuan untuk mengambil posisi kepemimpinan. Saya akan menyarankan wanita muda untuk menjadi diri sendiri. Percaya diri. Kami sama baiknya dengan pria. "
Sebagai catatan, opini mereka ada di buan Juni 2021 di tengah pandemi yang belum kunjung usai.
Masih ada nuansa keraguan bahwa memang kepemimpinan wanita terus diragukan. Setiap kali diyakinkan, semakin meragukan.
Silakan para wanita beropini jika berbeda. (6.07.2021/Endepe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H