Innalillahi wainnailaihi rajiun setiap manusia yang berasal dari Tuhan akan kembali kepada Tuhan. Demikian halnya dengan Bapak H. Harmoko yang sangat ikonik di jaman Orde Baru Pak Soeharto.
Beliau paling ditunggu oleh pemirsa untuk pengumuman harga sembako. Banyak rakyat di desa ketika itu sangat senang jika di TVRI ada Pak Harmoko. Terkesan luwes murah senyum dan selalu memperlihatkan respek secara verbal kepada Pak Harto dengan statemen yang legendaris "Atas petunjuk Bapak Presiden......".
Keluarga saya ada yang mencoba mencatat harga sayur mayur versi pengumuman beliau ketika itu.
Namun sering terjadi komedi di pasar ketika kami mencoba menawar harga dengan merujuk harga di TVRI dan RRI, bakul sayur mengatakan "Kalau mau harga itu ya belinya di RRI sana mas mbak.... kalau di sini ya harga pasaran di sini...".
Wah.... namun singkat cerita dinamika ketika itu penuh romantika. Meski harga bisa beda, namun harga pasar pengumuman dari Pak Harmoko dijadikan acuan yang membahagiakan bagi rakyat di desa.
SIUPP Bertahan Sampai 1998
Pada bulan sekira Desember 1997, saya keterima sebagai jurnalis di kompleks industri Kawasan Pulo Gadung Jakarta Timur.
Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) masih sangat berharga dan "dijual" mahal oleh banyak kalangan industriawan jurnalisme dan penerbitan.
Sampai bos saya punya 5 SIUPP yang pernah terbit majalah/hariannya/mingguannya, namun ada mulai krisis dan reformasi 1998, mulai tersendat sendat penerbitan fisik majalah/mingguan/harian tersebut.
Denger dengar hasil KEPO, setiap satu SIUPP itu ditawar oleh beberapa pengusaha sampai 500 juta sehingga total 5 siupp adalah 2,5 milyard rupiah. Tahun 1997-1998 ketika itu.
Namun apa dikata. Bos saya meminta minimal 1 SIUPP adalah senilai 1 milyard, Jadi penawaran 50% tersebut dinilai terlalu murah.
Dan transaksi batal.
Hingga meletuslah reformasi 1998 di bulan Mei. Semua ijin penerbitan media dibuka tanpa syarat tanpa dokumen. Bebas sebebas bebasnya.
Setiap gang jalan bisa menerbitkan majalah koran mingguan dan sebagainya.
Dan............. berakhir lah era SIUPP yang berjaya di jaman Pak Harmoko. SIUPP di era reformasi menjadi tumbang tanpa harga.
Bahkan akhirnya di era tahun 2020-an ini, koran majalah edisi cetak juga tumbang digantikan online media sosial dan semua orang bisa menulis berita sampai hoaks sebanyak yang dimaui.
KEWIBAWAAN MEDIA
Barangkali buah sejarah yang sangat baik di jaman Pak Harmoko adalah kewibawaan media yang saat ini tidak ditemukan di jaman milenial berkuasa ini.
Berita dibombardir oleh semua orang, sehingga media mainstream pun terkadang bikin berita dengan judul bombastis dengan isi yang tidak relevan.
Pak Harmoko tetap sebagai pahlawan di media yang akan dikenang sebagai orang baik.
Selamat jalan Pak Harmoko... semoga husnul khatimah. (5.07.2021/Endepe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H