Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jika Surga di Langit Tinggi Mengapa Manusia Dikubur ke Bumi?

23 Mei 2021   15:55 Diperbarui: 23 Mei 2021   16:06 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diskusi semarak (dokpri) 

Anak mulai menunjukkan kemampuan konservasi (jumlah, luas, volume, orientasi). Meskipun anak bisa memecahkan masalah dengan cara logis, mereka belum bisa berpikir secara abstrak atau hipotesis. Makanya timbul angka 9 yang dibagi 3 anak, diterjemahkan sebagai pembagian fisik permen, bukan "dibagi rata" untuk 3 orang.

4.Tahap Operasional Formal (Usia 12 tahun ke atas)

Tahap operasional formal dimulai sekitar usia 12 tahun dan berlangsung hingga dewasa. Hal ini menunjukkan adanya daya nalar kecerdasan yang tumbuh kembang hingga jika asupan bacaan dan literasi banyak, maka anak akan semakin cerdas dan berwawasan. 

Saat remaja memasuki tahap ini, mereka memperoleh kemampuan untuk berpikir secara abstrak dengan memanipulasi ide di kepalanya, tanpa ketergantungan pada manipulasi konkret. Artinya ia mampu melakukan elaborasi, imajinasi, dan berkreasi atas bahan yang ia peroleh. 

Seorang remaja bisa melakukan perhitungan matematis, berpikir kreatif, menggunakan penalaran abstrak, dan membayangkan hasil dari tindakan tertentu. 


Lantas bagaimana sebaiknya? 

Ya homeschooling tetap baik dengan tambahan adanya peningkatan ilmu psikologi bagi para pamong guru yang terlibat. Beberapa psikolog malahan ada yang mengkritik bahwa di homeschooling anak kurang dididik untuk kecewa, manajemen marah, stress, dan tekanan sosial, hal yang ia dapatkan ketika ia berada di lingkungan sekolah formal.

Maka Bu Sunarsih juga sepakat bahwa homeschooling pada tahapan tertentu tetap memerlukan sekolah formal sebagai media sosialisasi berkelanjutan, meskipun kehidupn modern pada akhirnya ketemu lagi format pembelajaran digital dan virtual, situasi yang mirip dengan homeschooling juga. (23.05.2021/Endepe) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun