Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Triple Helix Pacu Akademisi dan Industri dalam Merdeka Belajar

4 Mei 2021   05:40 Diperbarui: 4 Mei 2021   07:24 1316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merdeka Belajar masih jadi gaung Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional tahun ini. Merdeka belajar sebenarnya didasari sebuah filosofi agar dalam proses pembelajaran tidak dibelenggu oleh kurikulum formal, atau institusi pendidikan formal. Bahkan nomenklatur ini konon sebenarnya milik salah satu inisiator "Sekolah Merdeka" yang merintis adanya home schooling dana atau sekolah dengan kekhususan tanpa terikat dengan jerat kurikulum formal.

Apapun opini yang berkembang, Merdeka Belajar sampai saat ini posisi Mei 2021 dan sesuai dengan masa kerja kabinet Mas Menteri, adalah konsepsi ideal yang diharapkan akan meningkatkan mutu dan bobot kualitas pendidikan di Indonesia.

Pertanyaan pertama,  mampukah gaung itu mampu memberi ruang bagi perkembangan riset dan menelurkan ilmuwan-ilmuwan yang mumpuni? Jawabannya adalah ya harus mampu, sebab kalau dijawab tidak mampu berarti konsepsi kebijakan tersebut menjadi salah besar. 

Memang sebagian professor suka menyindir mas Menteri yang latar belakang akademik bukanlah seorang akademisi, bahkan juga bukan dosen, katanya begitu, namun konsepsi Merdeka Belajar adalah adaptasi konsep dari Ki Hajar Dewantara yakni Ing  Ngarso Sung Tulodho Ing Madyo Mangun Karso Tut Wuri Handayani.

Artinya konsepsi Merdeka Belajar ini adalah hasil penggalian luhur budaya ideologi pembelajaran anak negeri. Merdeka Belajar adalah penggalian dari nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

Walahhh... ideal sekali ya.... Ya memang harus kudu wajib ideal. Sebab pendidikan di Indonesia sejak kemerdekaan 1945 belum mampu menghasilkan: sepeda onthel buatan Indonesia, sepeda motor buatan Indonesia, mobil buatan Indonesia, sampai sekolah Indonesia yang dulu dijadikan model bagi Malaysia, eh malah orang kita yang sekarang bangga sekolah di Malaysia.

Singkat cerita, konsepsi Merdeka Belajar adalah sebuah ideology pendidikan semoga ekonomi, sosial budaya, psikologis , sosiologis, hukum, bagi  warga negara Indonesia untuk mencapai kemerdekaan yang abadi dan berbudi pekerti luhur. Gagasan yang ideal dengan harapan akan teralisasikan setahap demi setahap. 

Pertanyaan kedua,  bagaimana realitas dunia riset yang Anda alami?  Jawaban: Bahwa riset sepertinya masih mengandalkan metodologi yang ketat, yang di satu sisi memang sangat baik, di sisi lain akhirnya peneliti dari kalangan praktisi dianggap remeh oleh kalangan akademisi.

Tidak semua professor itu pikirannya terbuka terhadap dunia industry, ada yang merendahkan dan menganggap remeh organisasi industry. 

Misalnya ada pengalaman seorang praktisi diundang dalam ujian terbuka disertasi sebagai Penguji Eksternal, masih ada kok pada tahun 2020/2021 ini yang "menyingkirkan" penguji dengan alasan bobot akademiknya dianggap kurang.

Memang ada professor yang bagus dan intelek, namun ada juga professor yang menganggap dirinya yang paling pinter. Atau malah berusaha menjatuhkan mahasiswa di depan publik.

Itu adalah realita. Dan orang seperti itu harus dibersihkan dari dunia kampus Merdeka, sehingga mahasiswa akan percaya diri mengembangkan diri menuju kemajuan negeri. Ya pasti di balik itu, ada juga professor yang baik hati, sabar membimbing mahasiswa, open minded,  dan suka mengayomi mahasiswa.

Pertanyaan selanjutnya, apa tantangan, hambatan, serta proyeksi yang Anda harapkan? Jawaban: Bagaimana agar triple helix dapat diterapkan dengan lebih baik lagi. Triple helix adalah sinergi antara dunia akademisi, organisasi industry baik swasta bumn, dan  pemerintahan. 

Model inovasi triple helix mengacu pada interaksi konstan antara akademisi, industri dan pemerintah untuk mendorong pembangunan ekonomi dan sosial. Model tersebut menekankan pada peningkatan inovasi untuk suatu pembangunan. Ini menggambarkan peran universitas untuk bergandengan tangan dengan industri dan pemerintah. 

Ini menjelaskan format sosial untuk produksi, transfer dan penerapan pengetahuan. Triple Helix mencakup penghancuran kreatif - sebuah konsep yang diciptakan oleh Joseph Schumpeter pada tahun 1942 yang menjelaskan bahwa inovasi baru membunuh yang lebih tua. Inovasi muncul dalam masing-masing dari tiga bidang - universitas, industri, dan pemerintah. 

Penghancuran kreatif tidak dapat dihindari saat kita merangkul inovasi. Dalam pengertian ekonomi, kreativitas dapat menghasilkan beberapa konsekuensi yang merusak. Pemahahan yang agak rumit, yang intinya inovasi bisa melibas teknologi lama yang memang menjadi usang di mata inovator. Maka istilahnya adalah "penghancuran kreatif", sebuah kreasi yang menghancurkan. 

Triple Helix dikembangkan pada 1990-an oleh Henry Etzkowitz dan Loet Leydesdorf. Contoh terbaik dari Triple Helix adalah Silicon Valley. Pemerintah menyediakan tanah, pembiayaan fleksibel, pembebasan pajak yang diperpanjang, dan pedoman pemasangan untuk klaster TI di California, AS. Bisnis TI kecil dan besar berkembang pesat di kluster ini. 

Dunia telah menyaksikan kisah sukses Dell, HP, Oracle, Intel, Microsoft dll. Kebutuhan industri yang sangat, didukung oleh pasar yang diciptakan, menimbulkan kebutuhan akan akademisi yang dalam hal ini terdiri dari profesional TIK yang diberikan semua fasilitas untuk melakukan R&D dan pengembangan produk baru untuk meningkatkan produk baru. Pemerintah, industri dan akademisi semua keuntungan sebagai pajak dikumpulkan atas penjualan barang, pendapatan dihasilkan dan pengetahuan dikembangkan di dalam lingkungan penelitian yang sesuai.

Konsepsi ini sebenarnya sederhana yakni bagaimana riset-riset di kampus bukan hanya untuk pinter-pinteran yang membuat praktisi ga mudheng saking njlimet bin ruwetnya, namun juga diimbangi dengan riset terapan yang berguna bagi nusa bangsa.

Apakah itu ada? Ya pasti sudah ada, namun volumenya perlu ditingkatkan. Contoh sederhana pada tahun 2021 ini yang namanya gerobak sapi kok ya masih dikendalikan tenaga sapi, kok tidak diubah dengan robot sapi atau mesin kerasi anak negeri? Nyatanya semua mobil kita buatan bukan Nusantara kan... meskipun perakitannya sudah di negara kita. 

Selanjutnya, dukungan apa yang Anda perlukan dari pemerintah dan masyarakat umum? Dari  pemerintah sudah ideal sampai saat ini, setidaknya konsepsi-konsepsi ideal telah banyak dihasilkan. Barangkali yang perlu digali adalah aspirasi masyarakat umum dan agar aspirasi tersebut juga didukung penuh oleh government untuk direalisasikan.

Aspirasi sederhana adalah punya sepeda onthel buatan industri dalam negeri sehingga gowes ya menggunakan bromton buatan Sleman Yogya atau Malang,  misalnya, dan lain sebagainya. Atau gerobak bertenaga listrik, atau inovasi lainnya. Perlu diketahui bahwa di dunia industri pelabuhan dan pelayaran, semua alat bongkar muat juga buatan luar negeri, harganya sangat mahal, dan teknologinya sangat canggih menuju full authomatic system.

Apakah dunia insinyur mesin Indonesia berpikir dan atau bertindak untuk mampu memproduksi alat bongkar muat ini? 

Selanjutnya, bagaimana iklim pendidikan dapat mendukung perkembangan ilmu berbasis riset? Iklim semakin bagus, mungkin perlu dipacu dengan riset terapan yang banyak dan didukung oleh dunia industri. Jurnal-jurnal barangkali perlu didesain penghargaannya tidak hanya yang ketat secara metodologi, namun juga yang punya utilisasi tinggi di dunia industri. Apakah ini belum ada? Ya sudah ada, kalau dikatakan belum ada ya pasti sudah ada, hanya popularitas riset kampus sampai saat ini adalah lebih ke metodologi, bukan utilisasi. Bagi bapak ibu yang punya data, dipersilakan mengklarifikasi pernyataan saya ini. 


Las question, optimiskah Anda dengan formasi baru yang kini tengah berlangsung di kabinet? Ya pasti optimis lah bapak ibu, tidak ada kata pesimis dalam dunia pendidikan Nasional. Semua daya upaya telah dikerahkan, maka optimisme harus dikembangtumbuhkan. Hari pendidikan nasional 2021 perlu ditindaklanjuti dengan program nyata lainnya untuk mendukung dunia industri yang ujungnya adalah kesejahteraan rakyat.

Kalau dicermati dunia medsos dan media online lainnya, warna warta di Indonesia adalah politik melulu, dan taburan caci maki dan identitas palsu dengan nuansa seakan-akan semua tahu. Orang-orang ini yang mencoreng dunia pendidikan di Indonesia karena menyuarakan "kegagalan" pendidikan sikap attitude atau budi pekerti, nilai dasar Indonesia yang seakan juga terpinggirkan.

Kalau yang dikembangkan di STiamak Barunawati Surabaya adalah bagaimana mengajak mahasiswa untuk lebih mengerti terhadap dunia industri nyata di depan mata: kepelabuhanan dan pelayaran. Di dalamnya ada banyak unit usaha turunan antara lain: ekspedisi muatan kapal laut, pergudangan, shipping agent, export import, trucking company, stevedoring, dan lain sebagainya. Stiamak juga menjalin kerja sama industri sampai ke Belanda, Denmark, Singapura, Korea, dan sebagainya. Sebagian alumni juga dikenal sebagai eksekutif sukses baik di BUMN maupun swasta. 

Riset berkembang, industri semakin maju, pendidikan semakin dewasa, rakyat semakin sejahtera. Itu mimpi kita bersama. Sebab jika semua kemajuan pendidikan hanya dinikmati segelintir orang, maka Merdeka Belajar hanya akan menjadi  slogan semata. 

Jika demikian, maka akan ada slogan baru yakni Revolusi Pendidikan Indonesia. Wahhh... tambah kompleks dunk....... lha iya kalau sederhana itu warung atau nama restaurant. Hehehe...... (04.05.2021/Endepe) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun