Jadi, awam dapat mencarinya. Secara fisik harafiah, ada tanda-tanda yang dihitung oleh sebagian ulama adalah 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Namun, jika kita tidak melakukan apa-apa sebelum 10 hari tersebut, maka sangat mungkin di 10 hari terakhir itu kita akan dilanda "malas yang luar biasa, dan digelisahkan dengan persiapan lebaran, apalagi di era pandemi ini."
Dapat juga digoda dengan rasa ngantuk, cape, lelah, dan berpikir "ah ya sudah mengapa harus mengejar lailatul Qadr?"
Maka orang yang dapat menjumpai malam lailatul qadr, adalah orang yang terpilih.
Jadi, untuk memperoleh malam lailatul qadr, adalah dengan melakukan amalan tanpa henti. Dan ketika kita "merasa menerima" keutamaan itu, bahkan mulut kita tidak diidzinkan untuk bercerita, kecuali kita berusaha sekuat tenaga untuk terus berbuat baik dan terus baik kepada sesama. Bukankah derajat takwa adalah ketika makhluk semakin tahu apa yang dikehendaki Nya?
Manusia dan jin tidaklah diciptakan di dunia ini, kecuali untuk beribadah kepada Nya, dan sebagai manusia ada kewajiban untuk menebar rahmah bagi alam semesta. Migunani tumraping liyan, dan berlomba dalam kebaikan (fastabighul khairat).
Silakan mencari malam lailatul Qadar, dengan berlatih setiap hari terus dzikir tilawah mengaji shalat puasa dan semua kebaikan dikerjakan. Semoga kita semua semakin baik setia hari dan semakin berguna bagi sesama. (14.04.2021/Endepe).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H