Kesatuan elite para ksatria ini lantas mendirikan markasnya di Haram al Sharif, seraya berikrar melindungi semua peziarah Kristen yang datang ke Yerusalem. Ikrar tersebut dimaksudkan sebagai sumpah setia untuk menjadi pasukan khusus pelindung peziarah tanah suci dari serangan musuh dan perampok yang masih sering menghadang.
Nah, kebutuhan logistik pasukan semakin tinggi, sehingga dibutuhkan suplai logistik.
AKhirnya, seiring waktu, para ksatria ini mengumpulkan donasi, ya mirip-mirip dengan infak atau sadakah yang diberikan para peziarah sebagai balas jasa atas perlindungan mereka. Dari sedikit demi sedikit, jebulannya uang donasi semakin banyak dan sangat banyak sehingga mampu merekrut jumlah pasukan lebih banyak lagi.
Kekuatan the Knights Templar semakin lama semakin berkembang pesat pada 1139 dan bahkan mulai menyebar ke luar Yerusalem ketika Paus Innocent II memberikan sejumlah keistimewaan dan fasilitas-fasilitas lain sebagai penghormatan atas jasa pengawalan Ksatria Templar ini.
Bahkan diberikan pengecualian pajak di manapun di dunia, tidak dipungut sepersepuluhan atau donasi lain, serta diberikan wewenang atau hak untuk menyimpan hadiah dari para peziarah yang datang ke Yerusalem. Bahkan sampai Raja Louis VII menyumbangkan properti kepada para ksatria di sebelah timur laut Kota Paris—tempat mereka mendirikan markas besarnya.
Kekuatan dana yang besar ditambah peziarah juga semakin banyak, maka anggota Kstaria Templar juga semakin beragam dari banyak negara. Namun hakikat organisasi adalah organisasi Prancis dan pendirinya orang Prancis.
Lebih jauh, hampir setiap panglima tertinggi organisasi itu adalah orang Prancis sehingga negara romantis ini menjadi pusat kekuatan Templar di Eropa.
Diperangi Sendiri
Para Templar menjadi organisasi amal yang disukai di seluruh Susunan Kristen, dan berkembang pesat dalam keanggotaan dan kekuasaan. Mereka menonjol dalam keuangan Kristen. Ksatria Templar, dalam mantel putih khas mereka dengan salib merah, termasuk di antara unit tempur paling terampil dari Perang Salib. Anggota ordo non-kombatan, yang berjumlah 90% dari anggotanya, mengelola infrastruktur ekonomi yang besar di seluruh Susunan Kristen, mengembangkan teknik keuangan inovatif yang merupakan bentuk awal perbankan, membangun jaringannya sendiri yang terdiri dari hampir 1.000 komandan dan benteng di seluruh Eropa dan Tanah Suci, dan bisa dibilang membentuk perusahaan multinasional pertama di dunia.
Bisa dibayangkan bahwa donasi amal dapat terkumpul sangat banyak dan sampai punya pasukan yang sangat kuat. Maka setiap pemerintah sudah semestinya melakukan audit terhadap semua organisasi amal, karena kolekting money sangat banyak juga berpotensi untuk menjadi sebuah negara di dalam negara.