Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Diary

Hidupku Penuh Keajaiban (4)

14 Maret 2021   20:28 Diperbarui: 14 Maret 2021   20:50 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini bukan di Bali, melainkan Kalianda, Lampung Selatan (foto: liburanlampung.blogspot.com)

Saya pernah mengalami traveling paling ajaib dalam hidup ini. Bisa jadi demikian. Kalau toh dianggap biasa, ya mungkin biasa. Jika penasaran, silakan dicoba. Saya berangkat dari Banyuwangi, sampai di Surabaya dengan kereta api. Lantas, naik bis kota menuju Terminal Bungurasih. Membelah pulau Jawa, lewat darat saya sampai ke Merak penyeberangan Bakauheni - Merak Kalianda

Tujuan saya adalah Kalianda, Lampung Selatan. Pulangnya, saya naik bis jalan darat. Menyeberang kembali ke Jawa lewat Kalianda, menuju Banyuwangi. Tanpa jeda. Kepala saya sampai benjut-benjut karena ngantuk di perjalanan. Hampir sehari semalam lebih setengah. Sekitar 24 jam plus 10 jam an. Yang jelas dari ujung timur selatan pulau Jawa di Banyuwangi, dan sampai ujung pulau Jawa Barat Utara di Merak menyeberang ke Lampung Selatan.

Saya mengeluh ke saudara saya. Betapa saya sangat lelah menjalani ini. Sebab minimal sebulan sekali, saya harus menjalani itu. Lantas, saya dihibur dengan mengatakan, "jalani takdirmu, sekarang kelelahan oleh bus daratan, nanti engkau bisa terbang setiap saat membelah udara Nusantara tanpa biaya."

Apakah nasehat itu terbukti? Alhamdulillah... perjalanan hidup mengantarkan saya, pada suatu ketika, banyak traveling dan tanpa biaya karena kepentingan dinas. Dan lebih mengherankan, hari ini 14 Maret 2021, saya kembali travel dengan rute Surabaya - Jogja - Jakarta - Bandar Lampung. Seperti dejavu. Saya ada dinas terkait dengan Pengadilan Hubungan Industrial, di mana saya dijadikan sebagai saksi ahli dari pihak Asosiasi. Makanya saya membongkar banyak dokumen terkait sengketa perburuhan, hubungan industrial, sampai kepada dokumen manajemen dana pensiun. Belajar sampai bludreg, tapi senang. 

LAMPUNG BANYAK ELEPHANT 

Apanya yang unik dari Lampung? Selain saya pernah rute Banyuwangi - Kalianda pada tahun sekitar 2000-an awal, dengan naik bis, maka Lampung adalah kota yang mengesankan bagi hidup saya. Pakdhe-pakdhe saya adalah transmigran awal yang membuka salah satu daerah di Metro, Lampung. Sekarang jelas sudah semakin ramai dan menjadi kota. Kakak sepupu saya sempat menjadi Kepala Desa ya di zona transmigrasi Lampung.

Saya dengar cerita yang lucu tapi kok ya ada ngeri-ngerinya juga. Ketika itu, kalau saudara saya bersengketa di Lampung, maka ayah saya yang ketika itu masih bujang, diundang ke Lampung dan diminta membawa senapan. Cukup hanya berkeliling dengan seragam militer, dan sekali tempo menunjukkan senapan di depan pihak yang bersengketa, maka kedamaian akan diperoleh. Ayah saya, menjadi pahlawan keluarga mendamaikan banyak pihak dengan seragam militernya.

Mendarat di negeri Banyak Elephant (Dokpri)
Mendarat di negeri Banyak Elephant (Dokpri)

Lampung juga sering jadi bercandaan di keluarga saya. Misalnya apa beda Lampung dengan Palembang dari sisi plat nomornya?

Palembang BG, kalau Lampung BE. Lantas apa hubungannya? Katanya Palembang adalah banyak gajah, karena gajahnya belum bersekolah. Begitu bersekolah di Way Kambas Lampung, maka gajahnya jadi pinter bahasa Inggris, makanya plat nomor orang lampung adalah BE, Banyak Elephants.

Ada-ada saja... namun bukankah ada benarnya ya ? 

Lampung dalam posisi geografis sekarang ini adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatra, Indonesia, dengan ibu kota Bandar Lampung. Provinsi ini memiliki dua kota yaitu Kota Bandar Lampung dan Kota Metro serta 13 kabupaten. Dengan luas sebesar lebih dari 35.376 km2, penduduk lampung saat ini tidak kurang dari 8 juta orang (data tahun 2018). 

LAMPUNG KOTA PAHLAWAN RADEN INTEN II 

Lampung juga legendaris dengan kisah kepahlawanan Raden Inten II yang masih ada garis darah dengan Sultan di Banten dan Fatahilah di Jakarta.

Raden Inten II Gelar Kusuma Ratu (1834-1856) merupakan keturunan Fatahillah dari perkawinannya dengan Putri Sinar Alam dari Keratuan Pugung, dikenal sebagai pemimpin yang gigih menentang penjajahan Belanda.  Naik tahta di usia 16 tahun, dan wafat di usia yang sangat muda 22 tahun, namun kisah hidupnya penuh dengan perlawanan terhadap kolonial Belanda sehingga dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. 

Gunung Rajabasa penuh dengan bekas peninggalan benteng dan kubu pertahanan perang yang menjadi saksi bisu dari kepahlawanan Raden Inten II. Makam Raden Inten II terletak di Desa Gedung Harta dikenal dengan nama Benteng Cempaka, jarak tempuh 18 km dari Kota Kalianda. Ini betul-betul dejavu bagi saya, karena pada tahun 2000-an awal, saya hilir mudik Banyuwangi - Kalianda.

Resto lokal yang paham berkerasi dengan room di pesawat rakitan (dokpri) 
Resto lokal yang paham berkerasi dengan room di pesawat rakitan (dokpri) 

Sekarang di tahun 2021, saya mendarat di Bandara Raden Inten II di Lampung yang seakan mau mengingatkan saya bahwa keajaiban hidup itu benar adanya. Saya dikenalkan dengan sosok pahlawan dengan melewati kuburan beliau di Kalianda pada tahun 2000-an tersebut, dan sekarang 21 tahun setelah itu, saya mendarat di bandara yang menggunakan nama almarhum dengan jejak kepahlawanan yang sangat berjasa bagi negara.

Setiap zaman ada ceritanya. Setiap manusia akan meninggalkan namanya. Kepahlawanan akan dikenang dan didoakan semoga Tuhan membalas dengan surga abadi di zaman keabadian. Dan setiap waktu akan selalu berlalu meskipun dulu kita pernah mengeluh ngeluh penuh peluh, namun ada saatnya nanti keluhan akan digantikan dengan hembusan dzikir penuh syukur, betapa "penderitaan hidup kita", tidaklah sebanding dengan karunia dan nikmat yang kita terima.


Hidup penuh dengan nikmat karunia, yang harus saya syukuri dan saya berbagi dengan semua makhluk. Berusaha menjadi rahmatan lil'alamin. Saya juga terkena dejavu, seorang editor yang sering saya ajak diskusi dan saya mintai tolong di Jogja pada tahun 1990-an, saat ini menjadi dosen di universitas di Lampung dan saya berusaha silaturahim pada tanggal 16 Maret 2021 ini. Pertemuan yang berulang dan seperti sudah digariskan, ada orang-orang tulus dan baik yang akan bertemu kita selalu, di masa dulu, kini, dan masa depan.

Hidupku penuh keajaiban. (14.03.2021/Endepe) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun