Ada-ada saja... namun bukankah ada benarnya ya ?
Lampung dalam posisi geografis sekarang ini adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatra, Indonesia, dengan ibu kota Bandar Lampung. Provinsi ini memiliki dua kota yaitu Kota Bandar Lampung dan Kota Metro serta 13 kabupaten. Dengan luas sebesar lebih dari 35.376 km2, penduduk lampung saat ini tidak kurang dari 8 juta orang (data tahun 2018).
LAMPUNG KOTA PAHLAWAN RADEN INTEN II
Lampung juga legendaris dengan kisah kepahlawanan Raden Inten II yang masih ada garis darah dengan Sultan di Banten dan Fatahilah di Jakarta.
Raden Inten II Gelar Kusuma Ratu (1834-1856) merupakan keturunan Fatahillah dari perkawinannya dengan Putri Sinar Alam dari Keratuan Pugung, dikenal sebagai pemimpin yang gigih menentang penjajahan Belanda. Naik tahta di usia 16 tahun, dan wafat di usia yang sangat muda 22 tahun, namun kisah hidupnya penuh dengan perlawanan terhadap kolonial Belanda sehingga dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.
Gunung Rajabasa penuh dengan bekas peninggalan benteng dan kubu pertahanan perang yang menjadi saksi bisu dari kepahlawanan Raden Inten II. Makam Raden Inten II terletak di Desa Gedung Harta dikenal dengan nama Benteng Cempaka, jarak tempuh 18 km dari Kota Kalianda. Ini betul-betul dejavu bagi saya, karena pada tahun 2000-an awal, saya hilir mudik Banyuwangi - Kalianda.
Sekarang di tahun 2021, saya mendarat di Bandara Raden Inten II di Lampung yang seakan mau mengingatkan saya bahwa keajaiban hidup itu benar adanya. Saya dikenalkan dengan sosok pahlawan dengan melewati kuburan beliau di Kalianda pada tahun 2000-an tersebut, dan sekarang 21 tahun setelah itu, saya mendarat di bandara yang menggunakan nama almarhum dengan jejak kepahlawanan yang sangat berjasa bagi negara.
Setiap zaman ada ceritanya. Setiap manusia akan meninggalkan namanya. Kepahlawanan akan dikenang dan didoakan semoga Tuhan membalas dengan surga abadi di zaman keabadian. Dan setiap waktu akan selalu berlalu meskipun dulu kita pernah mengeluh ngeluh penuh peluh, namun ada saatnya nanti keluhan akan digantikan dengan hembusan dzikir penuh syukur, betapa "penderitaan hidup kita", tidaklah sebanding dengan karunia dan nikmat yang kita terima.
Hidup penuh dengan nikmat karunia, yang harus saya syukuri dan saya berbagi dengan semua makhluk. Berusaha menjadi rahmatan lil'alamin. Saya juga terkena dejavu, seorang editor yang sering saya ajak diskusi dan saya mintai tolong di Jogja pada tahun 1990-an, saat ini menjadi dosen di universitas di Lampung dan saya berusaha silaturahim pada tanggal 16 Maret 2021 ini. Pertemuan yang berulang dan seperti sudah digariskan, ada orang-orang tulus dan baik yang akan bertemu kita selalu, di masa dulu, kini, dan masa depan.