Jika memilih memulai dari jiwa pun juga bisa. Kuncinya di kesabaran dan kesyukuran. Kesabaran artinya stabil menghadapi guncangan. Kuncinya di pengendalian (setir). Jika setir kita kuasai, medan yg menanjak, jalan yang berlubang akan terlewati.
Kesyukuran artinya merasa berlimpah. Dengan merasa terlimpah maka kita akan ingin memberi dan membagi.
Kalau tak ada harta utk dibagi, kita bisa memberi dan membagi senyuman, bantuan tenaga dan pemaafan.
Pemaafan itu sedekah yang paling mulia dan menyehatkan. Tp banyak org sulit memberi maaf. Mereka yang sulit memaafkan mungkin merasa "eman2" dengan sakit hatinya jk harus dilepaskan dr jiwanya. Padahal, andai dendam atau marah itu mewujud benda, pastilah benda itu busuk atau panas. Dan kita tak akan mau berlama2 menyimpannya...
Bahagia tak harus memiliki sawah yang luas atau sepeda yang lucu. Cukup meminjam dan abadikan di foto dengan tersenyum...
Begitu murahnya bahagia, mengapa harus lama menggenggam luka ?
...
Baiklah, kali saya akan meniru Pak Tino Sidin. Yak bagus. Bagus kan?
Saya jadi ingat fotograger Majalah Kartini, jika you tanya "bagus kan..?", itu artinya tidak ada pilihan lain kecuali jawabannya "Yak bagus".