Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sahabat Bekantan, Pejuang Air dari Borneo

26 Februari 2021   06:37 Diperbarui: 28 Februari 2021   08:19 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bengawan Solo yang mengering, sisi lain di kemarau (Foto: Aris Imam/JP)

Banjarmasin boleh bersyukur dan bangga terhadap keberadaan Sahabat Bekantan Borneo, lembaga swadaya masyarakat yang sangat peduli terhadap air, tanaman bakau, lingkungan hidup, habitat bekantan, dan bekantan itu sendiri. Mereka yang ada di dalamnya, terdiri atas aktivis yang rela hati untuk menekuni, melindungi, dan menjalankan program advokasi untuk bekantan. 

Apalagi, bekantan adalah binatang endemik, hanya ada di Kalimantan dan tidak ditemukan di belahan dunia lain. Lhoo.. kok saya nemu bekantan di Surabaya dan Jakarta? Lha itu di bonbin gaesss.... maksudnya endemik bukan berarti tidak bisa ditemukan di tempat lain, namun habitat asli bekantan ya hanya ada di Kalimantan. 

Maka kalau tidak waspada, Malaysia dan Brunei juga bisa mengklaim sebagai "pemilik" bekantan.". Alhamdulillah sampai sekarang, aktivitas perlindungan bekantan masih merujuk kepada aktivitas di Banjarmasin, Kalimantan Selatan nan bungas.

Sementara itu, orang utan dengan Yayasan Orang utan Indonesia (YAYORIN) merujuk di organisasi yang dipimpin Prof Birute Mary Galdikas, dari Kanada namun eksis di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Dan orang utan masih bisa ditemukan di Sumatera, sehingga LSM protektor di Sumatera juga ada namanya Yayasan Orangutan Sumatera Lestari.

"Kalau bekantan, memang kami bisa mengklaim, satu-satunya lembaga yang peduli ya kami, karena kami bahu-membahu dengan semua pihak untuk memproteksi habitat orang utan di Kalimantan Selatan," ungkap Fery Lens, fotografer khusus lingkungan hutan Borneo yang jug aktivis di Sahabat Bekantan.

"Sekarang kita lagi persiapkan program Buy Back Land dan sedang membebaskan lahan riparian di sekitar kawasan mangrove rambai Center agar tidak beralih fungsi dan  tetap menjadi kawasan penyangga habitat bekantan serta berpijahnya ikan serta udang galah," imbuh Fery yang juga Pendiri Stasiun Riset Bekantan yang berkembang pada varian riset lahan basah, habitat bekantan, studi bekantan, lingkungan hidup dan studi air. 

Hal yang sama diungkapkan oleh Amalia Rezeki, dosen Universitas Lambung Mangkurat yang dikenal aktivis utama dalam kegiatan ini dan pendiri Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia.

Stasiun riset bekantan dengan view yang eksotik mirip hutan Amazon Brazil (Foto: Fery Lens) 
Stasiun riset bekantan dengan view yang eksotik mirip hutan Amazon Brazil (Foto: Fery Lens) 

"Banyak pihak sangat membantu dan mendukung aktivitas kami, sehingga kami berharap habitat bekantan dan terutama penyelamatan lingkungan hidup akan semakin kuat di Kalimantan, khususnya di Banjarmasin, "ujar Amalia Rezeki, yang pernah mendapatkan penghargaan ASEAN Youth Eco-champions Award (AYECA) 2019 yang dilaksanakan di Kamboja pada Selasa (8/10/2019) yang diamini oleh Yasmin Qamarani, Youtuber milenial dari Banjarmasin.

PROTEKSI AIR

Dapat dikatakan bahwa sahabat bekantan adalah protektor air di Borneo. Bagaimana tidak, akibat kurang pedulinya aktivis air di Jawa, maka evolusi pengeringan air sungai di Jawa sangat dahsyat. Bengawan Solo, sungai yang dulu mengalir sampai jauh, pada tahun 2019 dilanda kekeringan pada beberapa bagian di Gresik, kerajaan tempat saya bermukim pada tahun 2021 ini.

Kondisi tersebut membuat desa di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo sulit mendapatkan air. Sumber air lainnya juga minim. Air di sumur-sumur warga berkurang drastis. 

Hal ini menunjukkan, situasi benar-benar kritis, meskipun warta ini saya rujukan pada berita tahun 2019. Pada tahun 2021 ini, malah terkena banjir di banyak tempat, terutama zona langganan banjir misalnya di Benjeng atau Balong panggang.

Sejumlah proyek sumber air pun belum tuntas. Misalnya, Waduk Sukodono maupun instalasi jaringan pipa air bersih.

Belum diketahui kapan kemarau panjang berakhir, untuk warta tahun 2019. Tahun 2021 ini air berlimpah, malah banjir-banjir yang menunjukkan sis lain bawah tanah tidak mampu menyimpan air.

Warga melintas di air yang mulai dangkal (Foto: Fery Lens)
Warga melintas di air yang mulai dangkal (Foto: Fery Lens)

Yang jelas, jika sebelumnya terjadi di Gresik Selatan, belakangan pernah terjadi krisis air juga merambah ke utara. Di Kecamatan Manyar, misalnya, awal September lalu tercatat ada satu desa di kecamatan itu yang mengalami krisis air. 

Namun, data terbaru dari badan penanggulangan bencana daerah (BPBD), saat ini ada beberapa desa baru yang mengalami kesulitan serupa. Di antaranya, Desa Gumeno, Sembayat, dan sejumlah desa lain.

Kepala BPBD Pemkab Tarso Sugito pernah menyatakan pada tahun 2019, setidaknya sembilan kecamatan terdampak kekeringan. Update untuk tahun 2021 Februari, banyak jalan tergenang dengan reklamasi besar-besaran di Gresik Utara kawasan tol panjang Surabaya - Manyar - Bunder Kebomas.

Sungai akan cepat mengering, ironis banjir akan berpotensi menerjang berbagai kawasan.

Bengawan Solo yang mengering, sisi lain di kemarau (Foto: Aris Imam/JP)
Bengawan Solo yang mengering, sisi lain di kemarau (Foto: Aris Imam/JP)

Para pejuang baik di Borneo maupun Jawa, sudah berupaya, namun kerusakan lingkungan sudah menimpa. Majapahit Sriwijaya kerajaan Sumatera dan Jawa yang doeloe mengandalkan armada sungai dan laut, tengok sekarang di Mojokerjo Jawa Timur sebagai situs Kerajaan Maritim Majapahit Samudera Raya, hanya tinggal perajin patung dan pegiat air kemaritiman bisa dihitung dengan jari karena kapal pun tidak bisa masuk ke SUngai Brantas, bahkan untuk menengok situs kerajaan mega raya Majapahit Raya.

Proteksi air menjadi urgen. Ketika hutan tanah berganti beton seperti Jakarta, maka air tumpah ruah ke mana-mana.

Pejuang air adalah pahlawan yang sebenarnya. (26.02.2021/Endepe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun