Dapat dikatakan bahwa sahabat bekantan adalah protektor air di Borneo. Bagaimana tidak, akibat kurang pedulinya aktivis air di Jawa, maka evolusi pengeringan air sungai di Jawa sangat dahsyat. Bengawan Solo, sungai yang dulu mengalir sampai jauh, pada tahun 2019 dilanda kekeringan pada beberapa bagian di Gresik, kerajaan tempat saya bermukim pada tahun 2021 ini.
Kondisi tersebut membuat desa di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo sulit mendapatkan air. Sumber air lainnya juga minim. Air di sumur-sumur warga berkurang drastis.
Hal ini menunjukkan, situasi benar-benar kritis, meskipun warta ini saya rujukan pada berita tahun 2019. Pada tahun 2021 ini, malah terkena banjir di banyak tempat, terutama zona langganan banjir misalnya di Benjeng atau Balong panggang.
Sejumlah proyek sumber air pun belum tuntas. Misalnya, Waduk Sukodono maupun instalasi jaringan pipa air bersih.
Belum diketahui kapan kemarau panjang berakhir, untuk warta tahun 2019. Tahun 2021 ini air berlimpah, malah banjir-banjir yang menunjukkan sis lain bawah tanah tidak mampu menyimpan air.
Yang jelas, jika sebelumnya terjadi di Gresik Selatan, belakangan pernah terjadi krisis air juga merambah ke utara. Di Kecamatan Manyar, misalnya, awal September lalu tercatat ada satu desa di kecamatan itu yang mengalami krisis air.
Namun, data terbaru dari badan penanggulangan bencana daerah (BPBD), saat ini ada beberapa desa baru yang mengalami kesulitan serupa. Di antaranya, Desa Gumeno, Sembayat, dan sejumlah desa lain.
Kepala BPBD Pemkab Tarso Sugito pernah menyatakan pada tahun 2019, setidaknya sembilan kecamatan terdampak kekeringan. Update untuk tahun 2021 Februari, banyak jalan tergenang dengan reklamasi besar-besaran di Gresik Utara kawasan tol panjang Surabaya - Manyar - Bunder Kebomas.
Sungai akan cepat mengering, ironis banjir akan berpotensi menerjang berbagai kawasan.