Sudah bukan rahasia kalau penjualan mobil listrik di Norway itu tergolong sukses. Banyak insentif yang diberikan pemerintah untuk mobil listrik sejak awal: bebas pajak, bebas tol, bebas parkir, bisa menggunakan jalur bus/taxi, bebas biaya listrik untuk mengisi baterai, dll.
Insentif ini lambat laun dikurangi sejalan dengan jumlah mobil listrik yang berkeliaran. Faktor lain mengapa Norway cocok untuk mobil listrik itu berkaitan dengan sumber pembangkit listrik di sini yang mayoritas adalah pembangkit listrik tenaga air, artinya minim polusi.
Tahun 2020 54% mobil baru yang dijual di Norway itu mobil listrik.
Saya sendiri belum memutuskan untuk menggunakan mobil listrik. Kenapa? Ada dua alasan. Yang pertama menurut saya harga mobil listrik masih terlalu mahal. Mobil listrik yang cocok untuk keluarga seperti Audi e-tron, Tesla X, Jaguar i-pace harganya masih di atas 600 ribu kroner, atau mendekati 1 M rupiah. Padahal mobil-mobil tsb dijual tanpa pajak.
Yang kedua, hampir semua mobil listrik yang bisa digunakan untuk kebutuhan keluarga itu SUV (special utility vehicle). Belum ada mobil station wagon yang listrik. Sebenarnya ada satu tapi dari merk yang kurang meyakinkan: MG (ini mobil buatan China, pakai merk Inggris).
Hybrid
Alternatif lain, untuk kepentingan mengurangi emisi sebenarnya itu mobil hybrid. Ada dua jenis mobil hybrid yang sekarang dijual di Norway. Yang jenis pertama itu model Toyota Prius di mana mobil menyimpan energi saat ada kelebihan, misalnya pada saat mobil nge-rem atau di turunan. Energi yang disimpan akan digunakan saat kondisi tertentu, misalnya mobil dalam kecepatan rendah, baru jalan, atau dalam kondisi macet.
PHEV
Type kedua yang sedang naik daun itu type plugin hybrid, disingkat PHEV (plugin hybrid electric vehicle). Intinya mobil jenis ini punya dua sumber penggerak: mesin biasa (bensin atau diesel), dan motor listrik (menggunakan baterai). Contoh mobil ini: Audi A3 e-tron, Mitsubishi Outlander PHEV, Volkswagon Passat Hybrid PHEV, Volvo