Yang luar biasa, dalam konstelasi sosial politik, kedua suku ini adalah "mayoritas" dalam sisi kuantitas. Selain memang pulaunya bernama Jawa, juga orang yang lahir di Jawa, meski asal usul dari suku lain, maka akan mengaku sebagai "suku Jawa". Sehingga secara kuantitas, suku Jawa semakin dominan. Di Jaman Belanda, jika Sunda dan Jawa bersatu, maka akan sangat berisiko dalam perlawanan terhadap kolonial.
Maka, terjadilah Perang Bubat. Ini versi yang bermaksud mengoreksi, bahwa Perang Bubat sejatinya adalah mega hoaks di jamannya.
Namun akibat hoaks tersebut, luka budaya telanjur menikam sehingga Raja Jawa memandang perlu untuk rekonsiliasi. Sayangnya memang, representasi Raja Sunda saat ini dapat dikatakan kurang populer, sama halnya Raja Jawa Timur juga tidak ada. Jika Pak Sultan selaku Raja Jawa telah rekonsiliasi budaya dengan Kerajaan Sunda, lantas digabung dengan Jawa Timur, maka mutlak kuasa rakyat Pulau Jawa akan didapatkan. Jawa adalah kunci, akan menjadi momok besar di era demokrasi ini. Siapa yang menguasai Jawa, maka akan menang dalam demokrasi. Kira-kira begitu pendapat yang embuh dah bagaimana validitasnya, biar para politisi yang akan menjadi semakin sibuk bagaimana menundukan hati rakyat Nusantara.
PERANG BUBAT ITU FAKE HISTORY
Nah, realitanya orang Jawa telanjur 'perang sosiobudaya psikologis" dengan orang Sunda akibat cerita Perang Bubat.
Namun, saatnya untuk bertanya benarkah Perang Bubat itu ada?
Sebelum masuk ke tokoh yang mempertanyakan ini, saya sedikit bercerita bahwa memang di Belanda ada perpustakaan yang berisi lengkap tentang Suku-suku Nusantara. Lengkap bagaimana kelebihan, kelemahan, bahasa, psikologisnya, budayanya, hirarki kuasanya, peran raja dan hubungan dengan rakyat, dan lain sebagainya. Bahkan lebih lengkap dari literatur di perpustakaan kita. Di Belanda, saya bahkan tahu ada tokoh politik nasional, yang ternyata di jaman kolonial dahulu, dicatat di Belanda sebagai spionase yang bekerja pada Kerajaan Belanda Raya, dengan hegemoni politiknya di bantaran luas Nusantara. Padahal, tokoh ini sangat dikenal dan dihormati sebagai tokoh Nasional. Siapa namanya, rahasia dunk, hawong ini kan hanya cerita-cerita, nanti kalau disebutkan tambah rame dunia persilatan di media ini. Hehehe... penisirin kin.. nah, kita lanjut saja tentang Perang Bubat yang digugat.
Perang Bubat itu tidak pernah terjadi, tidak ada, dan hanya kamuflase kolonial untuk membenturkan 2 suku besar Nusantara ketika itu.
Begitu pendapat yang bermaksud mengoreksi sejarah yang sayangnya sudah telanjur ke mana-mana.
Adalah KH. Agus Sunyoto, M.Pd. adalah seorang penulis, sejarawan, dan salah satu tokoh Nahdlatul 'Ulama. Saat ini ia menjabat sebagai ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia PBNU (LASBUMI), yang berusaha meluruskan sejarah Perang Bubat dan seputaran Majapahit. Sebagai pointer, ada 3 hal saja yang akan saya rangkumkan di sini. Kalau panjang-panjang, agak mumet juga karena kita akan dikejutkan dengan temuan-temuan beliau yang sampai saat ini belum dibantah oleh ahli sejarah yang lain.