Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Antara Grit, Fleksibilitas, dan Nasib Baik

18 Februari 2021   15:46 Diperbarui: 18 Februari 2021   16:14 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karir mahasiswa atau alumni bisa dibahas dalam banyak dimensi. Misalnya dimensi internal, atau eksternal. Internal menyangkut diri sendiri, misalnya asal-usul kecerdasan, pendidikan, keluarga, intelegensi yang sangat kompleks, minat, bakat, dan masih banyak lagi. Sementara eksternal meliputi kesempatan kerja, lingkungan luar, dukungan sosial, nilai budaya, dan lain sebagainya. Sementar itu, sebagian orang akan membahas dari sisi grit, fleksibilitas, dan nasib baik.

(1) Nasib Baik 

Nasib baik bisa dikatakan juga kunci. Karena ini sulit dikendalikan, namanya juga nasib, maka musti latihan mengendalikan nasib. Namanya sulit ya tidak mudah. Namun kalau kita merujuk kepada Al Quran, nasib baik adalah sebuah keberuntungan. "Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi, kecuali yang beruntung." Namun ini perlu diteliti literasinya, karena ada kelanjutannya, yakni "Siapakah orang yang beruntung itu, yaitu orang-orang yang berpikir dan tidak hanya pasrah atas apa yang menimpa pada dirinya. Karena sukses tergantung dari usaha dan upaya yang dilakukan oleh manusia, dan hak Tuhan telah diberikan dalam hukum sebab akibat."

Nah, jadi orang yang bernasib baik adalah "orang yang berpikir". Karena berpikir, maka di situ akal budi manusia yang akan menjadi dominan. Ada proses belajar, membaca, mengerti, memahami, kompetensi, dan seterusnya. 

Sukses karir ditentukan oleh nasib baik adalah seberapa keras dan cerdas seseorang berpikir dan menuntut ilmu untuk masa depan yang lebih baik.

Saya pernah survey, dan menemukan bahwa lebih dari 80% orang sukses percaya bahwa "dia tidak menduga akan mendapatkan sukses seperti ini." Sebagian hanya merasa "ah saya beruntung". Ketika dikejar, mengapa beruntung, dijawab bahwa "beruntung kok sekolahnya bener, perstasinya bener", dan lain sebagainya. Orang yang mengatakan sukses karena "nasib baik", sebagian karena didorong oleh kerendahhatian mereka. Di balik itu, ada kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, kerja ikhlas, dan kerja tanpa batas. 

(2) Grit 

Kalau ini adalah variabel dalam psikologis yang dimaknai sebagai "passion, perseverance, resiliensi". Daya juang, pantang menyerah, terus melaju melangkah, mampu mengatasi masalah, dan hati selalu kuat tabah tidak kenal lemah. Pejuang sejati yang tidak kenal kompromi. Tidak punya belas kasihan terhadap kelemahan diri. Terus tekun, fokus memperjuangkan sesuatu, disiplin terhadap komitmen diri.


Tokoh yang pernah meneliti adalah Angela Duckworth (2016), dengan melakukan riset di kalangan taruna akademi militer di Amerika Serikat. Publikasi secara lesan sendiri pernah dilakukan oleh Angela pada tahun 2013 di depan audiens Ted Talking, salah satu acara tayang di Amrik sana. Intinya, mengapa ada orang yang jika dilihat IQ nya sama-sama cerdas, namun kok suksesnya beda? Bukankah seharusnya jika sama-sama cerdas, maka mereka akan sukses semuanya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun