Cerita ini dari alm Prof. Dr. Fuad Hasan. Tentang jawaban ilmiah. Dan tidak ilmiah.
Alkisah ada seorang warga dusun punya jam dinding. Jumlahnya ada 3 biji.
Jam dalam kondisi rusak. Satunya menunjukkan jam 13.00. Satunya jam 13.56. Satunya jam 1420.
Seorang kawan bertandang ke rumahnya.
"Saya dengar kamu punya jam dinding baru ya, "tanya tetangganya pingin tahu.
"Ya pastilah, saya kan orang kaya, "jawabnya bangga.
Tetangga melihat di arah dinding. Memang ada 3 jam yang bagus. Tapi jamnya tidak sama. Padahal semua tampak bergerak.
"Ini waktu Indonesia mana, "tanya si tetangga.
"Ya waktu indonesia barat semua lah.., kan kita di bagian barat, "jawab si empunya jam dinding.
Tetangga tampak tercenung.
"Kok jamnya beda-beda, itu jam kamu rusak, meskipun baru, "kata tetangga bikin analisis.
Si empunya tampak berpikir. Lantas dia punya jawaban.
"Lho, jika kita punya 3 jam, dan waktunya menunjukkan angka yang sama, apa gunanya, sudah betul itu jam menunjukkan angka yang berbeda, kan jamnya memang beda, "jawab si empunya memberikan argumentasi.
" Ya sudah...., "kata tetangganya sambil berlalu. (17.02.2021/Endepe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H