Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Benarkah kita lepas dari krisis 1998?

24 Januari 2021   11:54 Diperbarui: 24 Januari 2021   12:18 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bu Sri orang yang sangat diharapkan untuk solusi (foto: kompas.com)

Kampanye ini kiranya menjadi salah satu hal yang bisa dilakukan. Namun, jika tidak diberikan contoh, maka akan sangat tidak efektif. Kita bisa belajar nyata, agak pedih, bisa ironis dan sedih, tentang yang terjadi pada Wapres Bung Hatta di masa itu.

Tetap tersenyum meski dikenal hidup sangat sederhana, Bung Hatta (Foto: ANRI)
Tetap tersenyum meski dikenal hidup sangat sederhana, Bung Hatta (Foto: ANRI)

Pasca mengundurkan diri dari Wakil Presiden Indonesia, hidup Bung Hatta bersama  sangat sederhana. Sebagaimana diketahui, karena perbedaan pandangan politik, Bung Hatta "resign" sebagai wakil presiden, sehingga ada masanya ketika itu sebenarnya Bung Karno adalah single power sebagai Presiden tanpa wapres. Bung Hatta, dikabarkan bahkan sempat tak mampu membayar rekening listrik setelah mundur dari jabatan Wakil Presiden Republik Indonesia. Ibu Rahmi Hatta, istri beliau juga  mengakui kalau hidup keluarganya sangat sederhana bahkan kritis. Uang tabungannya bahkan tak cukup untuk membeli mesin jahit yang diidam-idamkan karena kebijakan pengurangan nilai mata uang. Sanering, pemotongan nilai uang yang pernah terjadi di era Bung Karno, menyebabkan situasi ekonomi menggigit dan menderitakan sebagian besar rakyat kita. 

Suatu saat, Hatta menerima rekening listrik yang jumlahnya cukup tinggi. "Bagaimana saya bisa membayarnya dengan uang pensiun saya?" kata Bung Hatta. Ia lalu meminta Gubernur Ali Sadikin lewat surat agar uang pensiunnya dipotong untuk membayar tagihan listrik.  Situasi menyedihkan ini menunjukkan, bahkan di tengah kesulitan pun, Bung Hatta ingin menyeleseikan kesulitan tanpa merepotkan negara. Dengan mencicil potong langsung pada uang pensiuannya. Meskipun pada akhirnya, Pemprov DKI kemudian menanggung biaya listrik dan PAM Bung Hatta, namun ini contoh langsung dari pejabat negara yang hidupnya sederhana dan jujur lurus dalam keuangan selama menjabat.

Kampanye hidup sederhana juga pernah didengungkan oleh Pak Harto dengan program "kencangkan ikat pinggang", yang menimbulkan respon beragam. Sebagian menyindir bahwa rakyat sudah tidak punya pinggang untuk diikat, karena kekayaan hanya dinikmati elit kuasa di atas.

Solusinya, melibatan tokoh masyarakat yang dipandang dipercaya, misalnya ulama, pastur, pendeta, dan informal leader. Jika menggunakan influencer, ya bisa juga namun risiko perang urat syaraf by medsos akan terjadi, jika model yang ditampilkan tidak sesuai dengan selear rakyat.

Semoga Bangkit 

Ekonomi yang kuat saat ini dipercaya justru tumbuh di sektor riil, khususnya di kalangan rakyat jelata. Kaki lima semakin semarak, an transaksi masih tinggi. Bahkan di banyak seminar ekonomi maritim, seperti yang sering digelar STIAMAK Barunawati  Surabaya dan Pelindo Group, ekonomi yang eksis adalah ekonomi domestik, pelayaran antar pulau, yang melayani logistik rakyat sampai ke pedalaman.

1950 terjadi sanering atau pemotongan nilai uang menjadi setengahnya (turun 50%), hantu hingga kini (foto: kompas.com)
1950 terjadi sanering atau pemotongan nilai uang menjadi setengahnya (turun 50%), hantu hingga kini (foto: kompas.com)

Maka, kelebihan ini perlu dimanfaatkan untuk kebangkitan ekonomi kita. Hutang yang menggunung, sepertinya tidak perlu diblow up sehingga tidak menimbulkan kecemasan kepada rakyat, namun tonjolkan kepada kemampuan bayar pemerintah terhadap hutang kita.

Sisi lain, hutang yang masuk langsung ke badan usaha milik negara, kiranya juga perlu lebih dikendalikan, karena case to case uang yang besar dari global bond, berisiko terjadi sunk cost karena investasi ditanam, produksi belum bisa dipacu. Industri hinterland, zona belakang back up pertumbuhan ekonomi maritim, masih stagnan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun