Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Peradaban atau Pengendapan Sungai?

23 Januari 2021   14:40 Diperbarui: 23 Januari 2021   16:06 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjarmasin di masa Belanda, sudah dipetakan sebagai mini Amsterdam (foto.  wikimedia.org)

Para auditor sangat mudah melihat dan mencermati, pemda mana yang mengalokasikan dana untuk pengerukan sungai, mana pula yang lupa - bahasa yang mudah dipahami - , sehingga kelihatan kota kabupatan mana yang sudah peka terhadap dredging mana pula yang belum. 

Peta jaman Belanda menunjukkan bahwa Kalsel adalah memang urat nadi sungai, sudah sepantasnya insan terdidik di semua lini paham masalah derdging ini. 

Rintisan di tahun 2017 idealnya berkelanjutan dengan teknologi tepat guna (Dokpri)
Rintisan di tahun 2017 idealnya berkelanjutan dengan teknologi tepat guna (Dokpri)

Banjir Banjarmasin adalah sebuah pekerjaan besar bagi pecinta peradaban Sungai, karena pengendapan sungai tidak dapat dihadapi dengan bernegkar dan bersilat kata, melainkan menggunakan tindakan pencegahan (evaluasi terhadap sumber banjir dan pengendapan, apakah dari pertambangan atau perilaku budaya), pengerukan rutin dengan teknologi dredging yang memadai dan dibiayai beneran bukan saling melempar bola sampai pusing kepala siapa yang seharusnya bertanggung jawab, dan sosialisasi tanpa henti untuk sebuah peradaban sungai.

Seorang aktivis pernah mengimajinasikan Banjarmasin seperti Venesia, kota sungai yang eksotik dengan bangunan yang river friendly. Di jaman Belanda, disebut sebagai mini Amsterdam. Dua nama populer ini sudah seharusnya membawa kelompok menengah terdidik untuk paham bahwa mau tidak mau Kalsel harus memiliki teknologi dredging, di samping pasti pengendalian deforestasi juga penting, pengawasan pertambangan juga penting, dan langkah lain yang menunjukkan semua lini masyarakat ikut bertanggung jawab terhadap kota yang sudah bungas sejak doeloe ini. 

Upaya kita bersama komunitas pejuang peradaban Sungai (Dokpri) 
Upaya kita bersama komunitas pejuang peradaban Sungai (Dokpri) 

Selamat berjuang untuk kawan-kawan di Banjarmasin, semoga banjir reda dan tidak berhenti di situ, terus berjuang untuk menegakkan perdaban sungai yang akan meneruslestarikan Banjarmasin Kota Seribu Sungai Ganal nan Bungas , sungai yang besar dan cantik elok citra Kalimantan yang menjadi harapan paru-paru dunia. (23.01.2021/Endepe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun