Menurut aktivis lingkungan, karena banyaknya penambangan yang kurang memperhatikan aspek lingkungan, sehingga terjadi banyak air yang tumpah dari pegunungan langsung ke bawah, tanpa dapat dicegah oleh pepohonan. Sebagian pertambangan memang dengan deforestasi, sehingga daya serap tanah terhadap air, berkurang. Solusinya, lakukan penghijauan dan kontroling terhadap pertambangan dengan lebih peka terhadap lingkungan.
Menurut ahli sungai, dan ini pernah dibahas di Kongres Sungai Indonesia KSI 2017 di Banjarmasin, bahwa diduga sedimentasi parah di sungai sebenarnya memerlukan pengerukan secara kontinyu dan serius. Artinya PEMDA sudah semestinya merelokasi anggaran ke pengerukan sungai dan anak-anak sungai, karena di sebagian tempat, sebagian sungai menjadi rumah atau hunian yang walaupun tidak banyak, namun kurang pas di tengah upaya revitalisasi aliran sungai. Coba tengok di pedalaman Kalimantan, seberapa banyak ada armada alat berat yang dikhususkan untuk pengerukan sungai, dibandingkan armada lain yang melakukan eksplorasi alam.
Menurut ahli takdir, ya banjir itu takdir. Maka perlu upaya memohon agar takdir diubah menjadi lebih baik, jangan banjir.
Demikian sekilas pandangan mata, teriring doa semoga semua korban segera dapat dievakuasi, dan pertolongan segera diberikan.
Sebagian warga ada yang berteriak, agar Ibu Risma segera terjun untuk memberikan bantuan sosial terhadap bencana banjir di Kalimantan Selatan.
Ayo Bu Risma, warga memohon bantuan Ibu ..... semoga banjir segera surut, dan bantuan sosial segera dapat diberikan.
(15.01.2021/Endepe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H