Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Curiak Island, Bekantan semakin lestari

11 Januari 2021   20:56 Diperbarui: 11 Januari 2021   21:20 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beginilah kalau akan ke Pulau Curiak dan Pulau Bakut tempat konservasi bekantan, baju hitam itu Pak Fery (Kredit Foto: Fery Lens) 


Menurut Ambar Pertiwi, kepala Stasiun Riset Bekantan – Pulau Curiak, ini adalah kelahiran pertama bayi bekantan di kawasan Stasiun Riset Bekantan diawal tahun 2021 ini. Jadi sekarang populasinya menjadi 28 ekor yang terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok Alpa dan kelompok Bravo. Berarti terjadi peningkatan populasi 100% selama kurun waktu 5 tahun yang sebelumnya hanya dihuni oleh 14 individu bekantan.

Bekantan induk dan bayi yang baru lahir, bayi biasanya lahir dengan warna gelap meski besarnya menjadi blonde (Kredit Foto: Fery Lens) 
Bekantan induk dan bayi yang baru lahir, bayi biasanya lahir dengan warna gelap meski besarnya menjadi blonde (Kredit Foto: Fery Lens) 

Kok hanya seekor? Ya begitulah Bekantan, kan tidak bertelur, sehingga proses perkembangbiakannya dengan melahirkan. Makanya agak sulit memelihara Bekantan, yakni tidak bisa ditangkarkan, namun dilepasliarkan, dan beranak pinak tidak dapat cepat banyak. 

MENGAPA HARUS DIJAGA 

Bekantan kalau kita di Jogja, paling bisa melihat di bonbin kan ya. Jakarta pun demikian, Bandung, Surabaya, ya paling di bonbin. Nah, kalau di Curiak ini, kita bisa melihat langsung di habitatnya. Pak Fery Lens menjelaskan mengapa kita perlu menjaga keberlangsungan hidup Bekantan ini: 

"Bekantan yang merupakan satu dari dua spesies anggota Genus Nasalis ini sebenarnya terdiri atas dua subspesies yaitu Nasalis larvatus larvatus dan Nasalis larvatus orientalis. Nasalis larvatus larvatus terdapat dihampir seluruh bagian pulau Kalimantan sedangkan Nasalis larvatus orientalis terdapat di bagian timur laut dari Pulau Kalimantan.
Satwa yang oleh IUCN Redlist dikategorikan dalam status konservasi “Terancam” (Endangered) merupakan satwa endemik pulau Kalimantan. Satwa ini dijadikan maskot (fauna identitas) provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SK Gubernur Kalsel No. 29 Tahun 1990 tanggal 16 Januari 1990.
Konservasi Bekantan. Bekantan (Nasalis larvatus) oleh IUCN Redlist sejak tahun 2000 dimasukkan dalam status konservasi kategori Endangered (Terancam Kepunahan) setelah sebelumnya masuk kategori “Rentan” (Vulnerable; VU). Selain itu Bekantan juga terdaftar pada CITES sebagai Apendix I (tidak boleh diperdagangkan secara internasional).
Pada tahun 1987 diperkirakan terdapat sekitar 260.000 Bekantan di Pulau Kalimantan saja tetapi pada tahun 2008 diperkirakan jumlah itu menurun drastis dan hanya tersisa sekitar 25.000. Hal ini disebabkan oleh banyaknya habitat yang mulai beralih fungsi dan kebakaran hutan yang sempat menggejala di mana-mana."

Pusat riset Bekantan yang dikembangkan oleh yayasan SBI (Kredit Foto: Fery Lens) 
Pusat riset Bekantan yang dikembangkan oleh yayasan SBI (Kredit Foto: Fery Lens) 

PEKERJAAN RUMAH BESAR 

Pelestarian Bekantan adalah pekerjaan besar yang luar biasa. Riset juga masih sangat terbuka. Ada loh, daun makanan Bekantan yang diyakini menyebabkan, maaf, ereksi Bekantan menjadi sangat lama sekali, bisa sampai 5 - 7 jam bahkan setelah proses perkawinan bekantan. Belum diteliti, apakah ini juga berdampak sama ke manusia. Jika berhasil ditemukan, dan terbukti, waduhhh...... dahsyat pastinya kan... bisa kewalahan pabrik jamu kuat di Banjarmasin.

Demikian sekian liputan dari Banjarmasin Kota Seribu Sungai, Nan Bungas menawan hati. Meski demikian, tantangan tersendiri bagi aktivis lingkungan karena sedimentasi di mana-mana, sungai perlu kontinyu dikeruk untuk juga dipelihara kedalamannya. (11.01.2021/Endepe )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun