Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Multiple Stres pada Wanita Bekerja

30 Desember 2020   05:44 Diperbarui: 30 Desember 2020   06:04 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mega peran multiple fungsi dari figur wanita dan kok ya tetap ada stigma pada suami (foto: stockadobe.com) 

Dobel stress wanita bekerja, sering kurang dipahami ketimbang stigma suami pada kasus penghasilan istri yang lebih besar. Stigma pada suami, seakan mewajibkan lelaki lebih superior dibandingkan wanita. Pada banyak kejadian, wanita punya peran berganda, sekaligus memiliki stress berganda pula. 

Merenungi sebuah pernikahan, sama pentingnya mencoba memahami dinamika dunia wanita. Seorang peneliti pernah mengungkapkan, full time employee at home, alias ibu rumah tangga, energi yg dikeluarkan setiap hari setara dengan seorang pelari marathon. Mengurus anak, suami, rumah, tagihan listrik, telepon, rekening bulanan, kartu kredit, benah-benah, hubungan sosial, support peran suami, dll. Kalau satu anak setara seorang atlet marathon, berarti mengurus 5 orang anak sama hebatnya dengan energi dikeluarkan oleh 5 atlet marathon. Bagaimana pula bila seorang wanita juga mengurus public role, selain domestic role yg bila dikalkulasi sama besarnya dengan atlet marathon? Berikut kliping tulisan saya yang dipublish tahun lama sekali ya..., namun masih relevan hingga tahun 2020 ini. 

Selengkapnya;

++=====++=============

RELAKSASI, ATASI DOBEL STRESS WANITA BEKERJA

Kelompok masyarakat yang banyak menanggung beban berat kehidupan modern saat ini tidak lain adalah kaum wanita. Betapa tidak, jam kerja seorang wanita sesungguhnya tidak sepadan dengan jam istirahat.

Secara seloroh, seorang tokoh masyarakat pernah mengatakan, bahwa wanita itu bekerja mulai matahari terbit sampai mata suami terpejam. Bahkan, ketika seorang wanita memiliki anak balita, waktu istirahat pun praktis tidak ada. Disamping mengurus bayi yang suka terbangun dan menangis di tengah malam, ia juga harus mengurus suami yang sering rewel juga. Belum lagi, urusan kantor bagi para wanita bekerja.

Tidak heran, muncul kondisi multi-double stress pada wanita bekerja. Dobel stress pertama, wanita memiliki stress kerja (job stress) dan stress rumah tangga. Beban-beban kerja di kantor yang belum selesei, berbenturan dengan urusan rumah tangga yang belum juga beres. Akibat dobel stress pertama tersebut, muncul double stress kedua yakni stress fisik dan stress psikologis.

Ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, tugas-tugas yang harus diseleseikan, dan berbagai urusan lain memaksa wanita untuk pandai-pandai menyiasati multi-double stress yang dihadapi tersebut.

Terkuras Habis

Penelitian dari Bukitsari, dkk., (1992) mengenai "Efektivitas Meditasi Transendental Terhadap Penanggulangan Stress Wanita Bekerja" menyebutkan, wanita bekerja yakni wanita yang berumah tangga, memiliki anak, dan memiliki pekerjaan di luar rumah, membutuhkan terapi relaksasi untuk menghadapi stress yang dihadapi.

Penelitian tim Fakultas Psikologi UGM yang pernah mendapatkan penghargaan dari Direktorat Pendidikan Tinggi sebagai Karya Inovatif produktif terbaik II Nasional tersebut dan dirancang sebagai sebuah Paket Terapi Psikologis Stress Wanita Bekerja, dilatarbelakangi banyaknya gejala stress pada wanita bekerja.

Gejala stress fisik tampak pada rasa lelah yang berlebihan, kehilangan gairah hidup, merasa lesu, migren, keringat yang berlebihan, sakit pada leher, bahu, punggung, sakit perut dan diare, datang bulan tidak teratur, kejang otot dan tangan suka gemetar.

Stress psikis tampak dari perasaan jiwa yang terluka, merasa tidak dihargai suami, tegang dan cemas, merasa sedih, ingin menangis dan bunuh diri, sulit tidur, kehilangan minat seks, dan perasaan ingin pergi ke tempat jauh dimana tidak seorang pun yang mengenalnya.

Stress yang berkelanjutan akan cukup berbahaya. Thomas Holmes dan Richard Rahe, peneliti masalah stress dengan mengambil 5000 orang responden dari Eropa, Amerika Serikat, Amerika Tengah, Oceania dan Jepang mengatakan bahwa bobot stress ringan akan meningkatkan coping behavior, (kemampuan mengatasi masalah) pada seseorang sehingga individu akan tegar dan makin kuat menghadapi kehidupan.

Namun bila stress berlanjut hingga kronis, maka stress merupakan ancaman serius pada kesehatan. Akibat stress, orang dapat dilanda psikosomatis ringan, semacam tidak dapat tidur, cemas, sakit kepala, sakit punggung, sampai kategori berat berupa tukak lambung, diabetes, maag kronis, lever, stroke, dan jantung.

Latihan Relaksasi

Bukitsari dkk., merekomendasikan adanya terapi relaksasi untuk menangani stress pada wanita bekerja. Relaksasi ini dapat menekan rasa cemas, dengan cara resiprok sehingga menimbulkan counter conditioning atas ketegangan dan kecemasan akibat reaksi dari syaraf simpatitis. Relaksasi juga mengurangi munculnya perilaku tertentu akibat stress, mengurangi kelelahan fisik, meningkatkan harga diri, memunculkan kebugaran, dan kegembiraan, serta mampu menyembuhkan penyakit-penyakit yang terkait stress.

Bagi kalangan muslim, relaksasi dan meditasi bukan suatu yang baru karena hampir sama dengan berwudhu yang benar, melakukan gerakan-gerakan shalat yang benar, (mirip dengan senam yoga), dan berdoa dengan khusuk (meditasi).

Penelitian dari Dr. Djamaludin Antjok dan Drs. Arif Wibisono Adi dari Fakultas Psikologi UGM menyebutkan bahwa shalat dan wudhu yang baik dan benar mampu meredakan stress dan kecemasan. Relaksasi dapat dilakukan dengan program rutin berupa senam ringan, senam pernafasan, yang tidak menguras tenaga, pengosongan pikiran dari beban-beban harian dan digantikan dengan penyegaran harapan dunia baru, menanamkan optimism, dan dibimbing oleh instruktur yang paham terhadap masalah stress dan kesehatan.

Yogas asanas, atau senam yoga, merupakan model salah satu relaksasi yang bisa dilakukan untuk masalah ini. Akhir dari relaksasi dilakukan meditasi berupa hening sebentar, menghirup ogsigen sebanyak-banyaknya, menghembuskan perlahan, dan mengatur pikiran jauh dari silang sengkarut problem dan konflik.

Begitu pentingnya relaksasi bagi wanita bekerja, sehingga sebenarnya menjadi kebutuhan adanya klub-klub relaksasi yang bertujuan bukan senam kecantikan, melainkan senam kesehatan dan relaksasi. Relaksasi sebagai media mengatasi stress wanita bekerja ini diperkuat oleh riset Dr. Herbert Benson, kardiolog dari Harvard Medical School yang membuktikan bahwa relaksasi dan meditasi mengurangi gejala-gejala stress. (Nugroho DP, 30.12.2020).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun