Dobel stress wanita bekerja, sering kurang dipahami ketimbang stigma suami pada kasus penghasilan istri yang lebih besar. Stigma pada suami, seakan mewajibkan lelaki lebih superior dibandingkan wanita. Pada banyak kejadian, wanita punya peran berganda, sekaligus memiliki stress berganda pula.
Merenungi sebuah pernikahan, sama pentingnya mencoba memahami dinamika dunia wanita. Seorang peneliti pernah mengungkapkan, full time employee at home, alias ibu rumah tangga, energi yg dikeluarkan setiap hari setara dengan seorang pelari marathon. Mengurus anak, suami, rumah, tagihan listrik, telepon, rekening bulanan, kartu kredit, benah-benah, hubungan sosial, support peran suami, dll. Kalau satu anak setara seorang atlet marathon, berarti mengurus 5 orang anak sama hebatnya dengan energi dikeluarkan oleh 5 atlet marathon. Bagaimana pula bila seorang wanita juga mengurus public role, selain domestic role yg bila dikalkulasi sama besarnya dengan atlet marathon? Berikut kliping tulisan saya yang dipublish tahun lama sekali ya..., namun masih relevan hingga tahun 2020 ini.
Selengkapnya;
++=====++=============
RELAKSASI, ATASI DOBEL STRESS WANITA BEKERJA
Kelompok masyarakat yang banyak menanggung beban berat kehidupan modern saat ini tidak lain adalah kaum wanita. Betapa tidak, jam kerja seorang wanita sesungguhnya tidak sepadan dengan jam istirahat.
Secara seloroh, seorang tokoh masyarakat pernah mengatakan, bahwa wanita itu bekerja mulai matahari terbit sampai mata suami terpejam. Bahkan, ketika seorang wanita memiliki anak balita, waktu istirahat pun praktis tidak ada. Disamping mengurus bayi yang suka terbangun dan menangis di tengah malam, ia juga harus mengurus suami yang sering rewel juga. Belum lagi, urusan kantor bagi para wanita bekerja.
Tidak heran, muncul kondisi multi-double stress pada wanita bekerja. Dobel stress pertama, wanita memiliki stress kerja (job stress) dan stress rumah tangga. Beban-beban kerja di kantor yang belum selesei, berbenturan dengan urusan rumah tangga yang belum juga beres. Akibat dobel stress pertama tersebut, muncul double stress kedua yakni stress fisik dan stress psikologis.
Ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, tugas-tugas yang harus diseleseikan, dan berbagai urusan lain memaksa wanita untuk pandai-pandai menyiasati multi-double stress yang dihadapi tersebut.
Terkuras Habis