Kehadiran pelabuhan Patimban menjadi salah satu bukti bahwa modernisasi pelabuhan adalah utama. Berbeda dengan sebagian pelabuhan tradisional yang sebagian masih eksis, Perusahaan Bongkar Muat (PBM) yang ada memang dapat dikategorikan dalam 2 jenis utama, yakni yang memiliki alat bongkar muat modern, dan yang belum. Kategori yang memudahkan kita untuk mengklaster dengan mudah, apakah sebuah PBM itu "punya alat", atau tidak. Bulan Desember 2020 menjelang 2021 ini kiranya perlu kembali dievaluasi menyeluruh eksistensi PBM berdasarkan kepemilikan alat bongkar muat.
Meski demikian, pemerintah juga perlu melindungi PBM sebagai unit usaha rakyat yang mencoba mencari nafkah di dunia bisnis pelabuhan. Dengan catatan, pelabuhan sekelas Patimban, dan Pelabuhan BUMN Besar, juga PBM nya pasti harus berkelas Internasional. PBM itu sendiri sebenarnya melekat pada Operator Terminal.
Pada saat ini sangat nyata adanya berbagai penemuan, pengembangan, dan perubahan sistem bongkar muat, termasuk di dalamnya adalah teknologi, telah terjadi dengan sangat pesat, utamanya sejak adanya Revolusi Industri. Tulisan ini akan menggunakan logika teoritik, selanjutnya akan dikomparasikan dengan situasi empirik.
Tulisan ini mengemukakan bagaimana tantangan bagi Perusahaan Bongkar Muat (PBM) khususnya di wilayah kerja Kotawaringin Barat dan sekitarnya pada saat Pelabuhan dikembangkan di Bumiharjo Tajung Kalaf Kumai Pangkalan Bun Kalimantan Tengah. Sebuah studi berdasarkan observasi dan pencatatan historis dengan proyeksi masa depannya.
KECEPATAN BONGKAR MUAT ADALAH UTAMA
Merujuk pada Alderton (1999), ahli di bidang bongkar muat dan logistik internasional mengatakan bahwa sangat jelas dikatakan bahwa perubahan kecepatan bongkar muat yang ditunjukkan dalam angka produktivitas dengan ton per hari per alat, akan meningkatkan kebutuhan terhadap ukuran kapal.
Artinya makin cepat alat bongkar muat dalam bekerja, dituntut adanya kapasitas volume kapal yang lebih besar, agar kecepatan diimbangi dengan daya maksimum kapal. Makin besar ukuran kapal, makin besar daya volume kapal, dan alat bongkar muat berteknologi tinggi pun tidak akan mubazir.
Pada saat yang sama, adanya peningkatan ukuran kapal akan memiliki dampak lain seperti skala ekonomi (economies of scale), yang dapat dilihat dari fakta bahwa ukuran kapal yang besar akan mampu menampung volume barang yang sangat besar, dan mengurangi biaya transportasi, dan dalam jangka panjang akan berdampak terhadap lalu lintas barang dan alur logistik internasional.
Ini artinya bahwa kecepatan sistem bongkar muat merangsang pengurangan biaya total (total cost) untuk pemilik kapal, dan dampak lain pada keutuhan barang, penggunaan waktu kapal di pelabuhan, dan lingkungan.