Puber kedua itu tema yang kelihatannya usang tapi tidak pernah lupa untuk dibahasulangkan. Banyak suami istri yang mengatakan, wah... pasanganku terkena puber kedua. mulai lirak lirik ke wanita lain. Ada percakapan yang lucu, menarik, tapi ya unik;
Seorang istri, klien, datang ke psikolog; Pak, suami saya mulai aneh..
Psikolog : Emang kenapa Bu..
Klien : Itu lho... dia mulai genit dan suka menggoda mbak-mbak yang kost di depan rumah.
Psikolog : Kho, bukannya itu bagus Bu...
Klien : Bagus gimana.... itu bikin senam jantung saya.... emang saya dianggap tidak menarik.
Psikolog: Itu bagus Bu... ketimbang suami ibu genitnya sama mas-mas yang kekar ganteng....
.....
Cape deh.... ngeri juga kan. Kalau puber kedua ternyata malah jatuhnya ke begitu. Keanehan? Ya aneh lah.... saya rasa agama dan moralitas kita semua, masih tetap menentang hal yang demikian. Kisah sodom dan gomora, adalah kisah dari Al Kitab dan Al Quran yang intinya kutukan bagi pelaku hubungan sesama jenis.
Lantas, apakah puber kedua dengan menggoda wanita bagi suami, atau laki-laki bagi istri, juga dibolehkan?
Kelaziman ya tidak lah, hubungan ideal ya suami istri tetap utuh sampai akhir hayat. Idealnya. APakah semua manusia ideal?
Puber kedua, sebenarnya ada yang menduga terkait dengan kemapanan ekonomi bagi laki-laki. Ketika masih susah payah, berjuang bersama istri, romantisme hilang berganti dengan darah keringat untuk berjuang tegak hidup. Ketika kemapanan sudah diperoleh, maka sosok suami melihat sosok istri tampak lelah, kurang bergairah. AKhirnya suami pun seakan kehilangan hasrat. Seleranya beralih ke wanita lain. JUga kepercayaan diri suami, ekonomi mapan, lebih percaya diri ketika menggoda wanita lain. Sehingga ada istilah pelakor (perebut laki orang), yang akhirnya yang ribut justru para wanita sendiri. Wanita yang istri sah, dengan wanita yang berminat terhadap kemapanan laki-laki.
Apakah ini terkait puber kedua? Ya bisa jadi.
Sisi lain, secara biologis ada yang mengaitkan dengan menopause (berhentinya menstruasi bagi wanita), dan andropouse (semakin sedikitnya produksi sperma bagi laki-laki). Ditandai, biasanya loh... mulai suka uring-uringan, tidak mau bicara mesra, maunya bertengkar terus, dan laki-laki biasanya bergaya genit ke wanita muda. Sebab, di rumah terlalu sering dimarahi istri.. hehehe... istri marah-marah juga sebenarnya karena si laki-laki mungkin tidak segagah dulu.
Jadilah puber kedua. IStilah lain sebenarnya, si laki-laki masuk tahap nguber kedua (mencari wanita kedua).
Risiko paling ngeri sebenarnya sampai tindak kriminalitas yang benar berisiko: pembunuhan antar pasangan. Maka untuk mengatasinya, ya suami istri harus kembali gotong royong menghidupkan romantika bersama. Jangan biarkan puber kedua dengan orang lain. Puber lah kedua dengan suami, atau istrimu, masing-masing.
Bisa gowes bersama, jalan-jalan bersama, atau piknik bersama. Teorinya lho,... praktiknya ya memang harus gotong royong.. sehingga masa puber kedua yang biasanya datang di usia mapan 40-50 an tahun, akan dilewati dengan tetap mesra dengan suami, atau istri, yang seharusnya seperti dulu.
Namun tidak ada manusia yang sempurna kan.. ya tetap ada saja di KUA yang gugat perceraian, perseteruan, dan lain sebagainya. Itu sebenarnya bukan disebabkan oleh puber kedua, namun ketidakmampuan setiap pasangan untuk saling rendah hati gotong royong menjaga harmoni suami istri. Ya intinya, rukunlah selalu antara suami istri. Meski puber kedua, sepanjang suami istri tetap slaing gotong royong, hubungan akan tetap harmonis romantis dan tetap manis.
Saya punya nasehat dari seorang sahabat, beliau sudah wafat. Beliau ini mengatakan, "Jangan pernah kasihan ke orang lain, karena kasihan itu pintu cinta yang bahaya."
Jadi kalau mau menolong orang lain, gak usah kasihan, misal nih: Kasihan ya... dia janda dengan anak 3 masih kecil-kecil... kasihan ya.. dia laki-laki yang ditinggalkan istri ke luar negeri.. dll..
Tolonglah tapi tidak usah dengan kasihan. Karena kasihan itu hanya untuk keluarga, kata teman saya itu. Kasihi dan sayangi keluarga, jika perlu menolong orang lain, tolong saja karena kewajiban kita sesama manusia untuk saling menolong. Namun tidak perlu dengan kasihan.
Puber kedua, perlu dihadapi dan dikelola dengan dewasa, dan tetap penuh cinta kepada keluarga. (19.12.2020/ndp)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H