Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menapouse vs Andropouse

19 Desember 2020   20:17 Diperbarui: 19 Desember 2020   20:21 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelaziman ya tidak lah, hubungan ideal ya suami istri tetap utuh sampai akhir hayat. Idealnya. APakah semua manusia ideal?

Puber kedua, sebenarnya ada yang menduga terkait dengan kemapanan ekonomi bagi laki-laki. Ketika masih susah payah, berjuang bersama istri, romantisme hilang berganti dengan darah keringat untuk berjuang tegak hidup. Ketika kemapanan sudah diperoleh, maka sosok suami melihat sosok istri tampak lelah, kurang bergairah. AKhirnya suami pun seakan kehilangan hasrat. Seleranya beralih ke wanita lain. JUga kepercayaan diri suami, ekonomi mapan, lebih percaya diri ketika menggoda wanita lain. Sehingga ada istilah pelakor (perebut laki orang), yang akhirnya yang ribut justru para wanita sendiri. Wanita yang istri sah, dengan wanita yang berminat terhadap kemapanan laki-laki. 

Apakah ini terkait puber kedua? Ya bisa jadi. 

Sisi lain, secara biologis ada yang mengaitkan dengan menopause (berhentinya menstruasi bagi wanita), dan andropouse (semakin sedikitnya produksi sperma bagi laki-laki). Ditandai, biasanya loh... mulai suka uring-uringan, tidak mau bicara mesra, maunya bertengkar terus, dan laki-laki biasanya bergaya genit ke wanita muda. Sebab, di rumah terlalu sering dimarahi istri.. hehehe... istri marah-marah juga sebenarnya karena si laki-laki mungkin tidak segagah dulu. 

Jadilah puber kedua. IStilah lain sebenarnya, si laki-laki masuk tahap nguber kedua (mencari wanita kedua). 

Risiko paling ngeri sebenarnya sampai tindak kriminalitas yang benar berisiko: pembunuhan antar pasangan. Maka untuk mengatasinya, ya suami istri harus kembali gotong royong menghidupkan romantika bersama. Jangan biarkan puber kedua dengan orang lain. Puber lah kedua dengan suami, atau istrimu, masing-masing.

Bisa gowes bersama, jalan-jalan bersama, atau piknik bersama. Teorinya lho,... praktiknya ya memang harus gotong royong.. sehingga masa puber kedua yang biasanya datang di usia mapan 40-50 an tahun, akan dilewati dengan tetap mesra dengan suami, atau istri, yang seharusnya seperti dulu.

Namun tidak ada manusia yang sempurna kan.. ya tetap ada saja di KUA yang gugat perceraian, perseteruan, dan lain sebagainya. Itu sebenarnya bukan disebabkan oleh puber kedua, namun ketidakmampuan setiap pasangan untuk saling rendah hati gotong royong menjaga harmoni suami istri. Ya intinya, rukunlah selalu antara suami istri. Meski puber kedua, sepanjang suami istri tetap slaing gotong royong, hubungan akan tetap harmonis romantis dan tetap manis.

Saya punya nasehat dari seorang sahabat, beliau sudah wafat. Beliau ini mengatakan, "Jangan pernah kasihan ke orang lain, karena kasihan itu pintu cinta yang bahaya."

Jadi kalau mau menolong orang lain, gak usah kasihan, misal nih: Kasihan ya... dia janda dengan anak 3 masih kecil-kecil... kasihan ya.. dia laki-laki yang ditinggalkan istri ke luar negeri.. dll..

Tolonglah tapi tidak usah dengan kasihan. Karena kasihan itu hanya untuk keluarga, kata teman saya itu. Kasihi dan sayangi keluarga, jika perlu menolong orang lain, tolong saja karena kewajiban kita sesama manusia untuk saling menolong. Namun tidak perlu dengan kasihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun