Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Di Mana Kaki Penegak Hukum

22 November 2020   15:56 Diperbarui: 22 November 2020   17:08 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah sidang  pengadilan (foto: kompas.com)

Ada seorang kawan hobi sekali berteman dengan jaksa dan polisi. Alasannya, biar jika ada masalah bisa langsung diatasi. Hmmm, benar juga ya...

Ada juga yang hobi berteman dengan tentara. Alasan yang sama, lebih dahsyat dari aparat yang lain.

Baiklah, saya ingin berkisah mengenai salah satu aparat hukum. Kisah ini valid, sebab dalam keluarga saya, ada yang berprofesi hakim, tentara, polisi, jaksa, komplet dah. Ya tidak semua saudara dekat seh.. ada yang saudara jauh. Namun profesi aparat itu ada di sekitar saya.

Saya sendiri pernah ingin menjadi pasukan berkuda. Mimpi neh.. ketika SD senang melihat kavaleri berkuda kok kayanya gagah gitu. Kemudian pernah juga pingin jadi diplomat. Lantas ya alhamdulillah... sekarang menekuni yang sekarang. Bekerja biasa,  di antara edukasi dan manajemen bisnis milik negara. 

Nah, beberapa waktu yang lalu, kolega saya yang bekerja di Jakarta  wafat. Katanya sih ada kaitannya dengan pandemi Covid19 ini. Namun saya sendiri tidak tahu menahu masalah sakitnya itu. Yang saya tahu, beliau ini orangnya baik dan relatif lurus. Beliau seorang hakim. 

Nah, pada waktu beliau masih aktif di kawasan Jawa Timur, beliau intensif berinteraksi dengan saya. Ya itu tadi, pan saya dah cerita bahwa keluarga saya ada di sekitaran profesi aparat. Sehingga dengan beliau ini, saya lumayan dekat.

Suatu saat beliau nyambangi saya ke kantor.

"Wah, ini baru kantor beneran," katanya sambil melihat ke seisi ruangan. Ruangan yang lumayan tertata dibandingkan dengan kantor-kantor pemerintahan lainnya. Udara Ac yang semilir dengan wangi parfum ruangan menyebar. 

"Emang kenapa pak, kantor bapak bukan kantor kah..," tanya saya bercanda.

Lantas kami mengobrol banyak hal. Alhamdulillah, kalau di tahun 2020 ini, hampir semua kantor pengadilan negeri, kejaksaan, sudah bagus-bagus. Bentuk kepedulian pemerintah terhadap aparatur negara. Waktu saya mengobrol itu, kantor masih sederhana dan sebagian under construction.

Dalam obrolan itu, saya sempat bertanya sesuatu yang membuat saya terkejut pada jawabannya.

"Pak, panjenengan pernah denger gak, bahwa dalam sebuah riwayat muslim dikatakan, bahwa kaki aparat penegak keadilan itu (polisi, jaksa, hakim, pengacara), ada di 2 wilayah," tanya saya.

"Maksudnya gimana Pak," balik bertanya beliaunya ini.

"Ya... ada riwayat yang mengatakan, bahwa aparat penegak hukum itu, kaki kanan di sorga, kaki kiri di neraka.. Risiko profesi, jika baik maka itu bukti kaki kanan di sorga, jika tidak adil, maka bukti kaki sebelahnya di neraka," kata saya tanpa bermaksud bercanda.

"Maksudnya, dua kaki di dua tempat gitu ya Pak..., di neraka, dan di sorga," tanyanya menegaskan.

"Iya.. apakah itu benar....," tanya saya.

Tanpa diduga, beliau menjawab. 

"Kalau sekarang nih.. dua kakinya semua....," jawab sambil agak tergelak.

Saya agak kaget juga neh. Maksudnya, dua kakinya semua di sorga, atau di neraka?

***

Beliau orang baik. Kami sekeluarga berdoa, semoga husnul khatimah, baik di akhirnya. Kisah itu saya bagi sebagai sebuah pertanyaan bagi semua aparatur negara, masih relevan, kaki-kaki bapak bapak ibu ibu aparatur negara sekarang ini ada di mana? 

Di sisi sorga, dan di sisi neraka, atau dua-duanya?

Saya bahkan tidak berani menjawabnya. Teriring doa di hari Ahad, semoga negara semakin baik dengan aparatur negara yang amanah, jujur, dan membela kepentingan rakyatnya.

Bahkan dalam bentuk retorika yang bisa benar, mencari proses pengadilan itu mudah, negara ini semakin sadar hukum dan semakin baik. Namun mencari keadilan, itu pertanyaan besar karena keadilan selalu bersifat subjektif dan menimbulkan perdebatan panjang.  (22.11.2020/ndp)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun