Lebih menarik lagi sebenarnya adalah Puncak Dieng. Bisa mengintip matahari terbit. Waktu itu saya dan rombongan naik subuh dari Wonosobo. Sekitar jam 0300 an pagi. Terhenti untuk subuhan di masjid di sekitar jalan menuju puncak. MAsih remang dan dingin. MAka kami berjalan agak lambat, mobil tidak terlalu cepat.
Masuk kopleks parkiran, ternyata kendaraan sudah sangat banyak. Jalan menuju kompleks parkir, sempit dan dipandu banyak warga untuk mengatur sliringan (mobil ketemu dua arah), yang memang sulit. Santai kami menuju puncak melalui anak tangga buatan di punggung bukit Dieng.
Ehhhh... ternyata sampai di puncak sudah terang benderang. Naiknya agak jauh juga.
"Ming saududan mawon..., "kata seorang pemandu wisata. Hanya sekitar satu hisapan rokok. Deket.
"Ning udude nyombang nyambung..."kataku jengkel karena gak sampai-sampai.
Peluh keringat bisa keluar di dinginnya pagi. Matahari sudah terang, dan bahan kami bertemu banyak wisatawan yang "sudah turun dari punacak".
Capekkk dehhhh..... kami naik, mereka sudah turun
Usut punya usut, ternyata kalau memang mau lihat sun rise, matahari terbit, naiknya harus jam 2 pagi atau bahan lebih awal. Sebelum naik tangga, setelah parkir mobil, kita bisa istirahat transit di banyak warung atau penginapan yang tersedia. Banyak juga mushola bagi yang ingin shalat.
***
Oke dehhh.... kisah lain bersambung. Tadabbur alam, mengenal alam untuk mengagumi Sang Pencipta, adalah sangat baik sebagai ujud kita bersyukut.