Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Santri Abangan Peringati Kematian

23 Oktober 2020   22:26 Diperbarui: 23 Oktober 2020   23:11 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beras, gula, nasi dus, kue-kue dalam tas tsb (Dokpri/NDP)

Tanggal 22 Oktober yang lalu diperingati sebagai Hari Santri. Saya tidak akan berkisah mengenai ini. Namun seputar tradisi yang masih hidup saat ini. Terkait kehidupan santri, dan bahkan, abangan

Alkisah tetangga saya ada yang wafat. Jika di Kristen barangkali ada Misa Kematian, maka di Islam, sebagian, ada yang mengadakan majelis tahlilan. Sebagian muslim tidak menyetujui terhadap tradisi tahlilan ini.

Ya, ini debat sejak lama. Dan sering tidak berujung. Masing-masing punya argumen sendiri. Majelis tahlilan ini digunakan oleh keluarga yang sedang berduka, sebagai cara untuk mengirim doa. Pembacaan surat Yasin, salawat Nabi, surat-surat lain dalam Al Quran, dan doa untuk almarhum/almarhumah.

Pada tahun 2020 ini, ternyata tradisi itu masih hidup dan lestari. Pada tahun 1995 ketika ayah saya wafat di desa kawasan selatan Yogyakarta, juga ada majelis tahlilan ini dari 7 hari, 40 hari, 1 tahun, hingga 1000 hari sebagai pungkasan acara majelis tahlilan.

Di luar konteks ini ada yang mengatakan bid'ah, karena Rasulullah Muhammad tidak mengajarkan ini, saya ingin bercerita hikmah di balik majelis tahlilan ini. 

(1) Belajar mengucapkan dzikir 

Tidak selalu muslim di negara kita itu muslim yang paham dan mengerti tentang agama. Belum tentu juga shalat. Belum tentu juga bisa mengaji. Maka majelis tahlil ini sejatinya tradisi para wali songo doeloe, untuk mengajarkan kalimat tahlil bagi masyarakat.

Setiap kata dzikir, dibaca pelan, berulang, keras, berulang, dan terus menerus. Otomatis warga yang barangkali belum bisa mengaji, jadi mengerti. Bahkan hapal. 

Maka majelis tahlil ini bermanfaat bagi muslim abangan, untuk lebih mengenal agamanya. Utamanya, tradisi berdzikirnya. 

(2) Memasukkan kalimat tauhid dari mulut ke hati 

Sesungguhnya tahlil itu adalah tauhid. Laailahaillallah. Tidak ada tuhan selain Allah. Kalimat dasar yang menjadi bunyi utama dalam majelis tahlil. Perulangan yang banyak, menyebabkan sebuah proses tauhid itu masuk dari mulut ke hati.

Bagi yang menghayati,dapat mrebes mili, ingat almarhum/almarhumah,ingat bagaimana jika kita yang mati, dan permenungan spontan lainnya. Meski demikian, sebagian ada juga yang terkantuk kantuk tanpa keluar bunyi dzikir dari mulutnya. 

Beras, gula, nasi dus, kue-kue dalam tas tsb (Dokpri/NDP)
Beras, gula, nasi dus, kue-kue dalam tas tsb (Dokpri/NDP)

(3) Penghiburan bagi keluarga 

Saya termasuk yang sempat menentang tradisi tahlilan ini. Bukan ekstreem menentang sih..., namun ikut pendapat yang tidak membolehkan. Namun ketika ayah saya wafat, warga desa berkerumun dan tetap menggelar tahlilan.

Ibu saya (sekarang juga almarhum), karena juga merasa kehilangan ayah, ingin mengirim doa, akhirnya menggelar acara tersebut. Saya juga larut dalam tahlilan. Lebih banyak dzikir, sambil ingat almarhum ayah yang baru saja wafat ketika itu.

Majelis tahlil digelar 7 malam berturut turut. Biaya yang keluar hanyalah perjamuan biasa, yang wajar sebagaimana ada acara mengundang tetangga. Ketika malam ke 8, tahlilan selesei. Tidak ada lagi. Menunggu hari ke 40, dan seterusnya.

Malam ke-8, barulah saya merasa manfaat tahlilan itu. Ayah yang wafat, beru terasa hilang ketika majelis tahlil selesei. Rumah terasa sepi. Sunyi. Dan hati menyayat, ingin bertemu ayah yang baru saja menghadap Ilahi Rabbi. 

AKhirnya saya tahu. Sebenarnya majelis tahlil itu, ditujukan untuk penghiburan bagi keluarga. Untuk menemani masa transisi berduka cita. 

(4) Sosialisasi warga di era pandemik ini

Gresik bulan Oktober 2020. Majelis tahlil digelar di kompleks perumahan saya. Saya jadi terkenang ketika ayah saya wafat di tahun 1995. Irama zikir kurang lebih sama. Saya tahu manfaat dan tujuan majelis itu.

Saya bergabung dan ikut majelis. Saya lihat,ini juga media sosialisasi di era pandemik. Hampir suasana selalu mencekam. Semua bermasker, jarang bicara. Maka,majelis tahlil ini berguna selain penghiburan keluarga, juga sosialisasi antar tetangga. 

(5) Sadaqah bagi ahli waris 

Ahli waris atau keluarga almarhum/almarhumah, punya kesempatan bersedekah untuk jenazah. Agak ngeri juga ya... namun maksudnya adlaah mengirim doa dan pengharapan, semoga almarhum/almarhumah semakin penuh ampunan dosa.

Perjamuan bagi majelis dzikir, dianggap da diniatkan sebagai sedekah untuk si mayit. Atau keluarga almarhum/almarhumah. Bagi keluarga yang kurang mampu, memang ini menjadi masalah. Karena selama 7 malam berturut-turut, harus memberikan perjamuan.

Karena lingkungan perumahan saya ya lumayan lah tidak berkekurangan, maka menu perjamuan majelis tahlil malah variasi; nasi rawon, lain waktu mie goreng, lain waktu bakso, dan sebagainya. (Lhoo.. kok jadi kayak kulineran ya.. hehehe..). Ya begitulah, Ada kesedihan, ada upaya menghibur keluarga. 

Jika lembaga sosial memfasilitasi acara-acara begini, mungkin akan menjadi sosialisasi bagus bagi masyarakat. Artinya keluarga duka, tidak bermasalah baru dengan biaya majelis penghiburan tersebut. Tujuan penghiburan bagi keluarga duka, akan tercapai. Biaya ditanggung lembaga sosial tersebut.

Bagi yang tinggal di luar negeri, menu begini bikin kangen negeri sendiri.  Menu majelis tahlil lho ini.. (Dokpri/NDP)
Bagi yang tinggal di luar negeri, menu begini bikin kangen negeri sendiri.  Menu majelis tahlil lho ini.. (Dokpri/NDP)

Teriring doa, semoga para pembaca sehat semua, tetap semangat melanjutkan hidup untuk beramal bagi masyarakat, dengan penuh taat terhadap perintah Tuhan. 

Santri dan abangan, bersatu dalam memperingati kematian dengan tujuan penghiburan bagi keluarga. Demikian Sekilas cerita dari saya. 

(23.10.2020/NDP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun