Hanya, pernah diceritakan bahwa masjid di Seoul akan diserbu oleh komunitas agama tertentu ketika isu Terorisme 11 September di WTC Amerika Serikat menyeruak di masyarakat dunia. Ternyata, keramahan dan kebaikhatian orang Korea menyebabkan mereka bahu-membahu mengawal masjid itu, menjaga masjid itu, dari ancaman serangan oknum yang memusuhi Islam.
Dan, yang menjaga masjid tersebut adalah komunitas Budhism Korea, Dengan kata lain, pemeluk Budha di Korea sangatlah hormat dan respek terhadap muslim. Hubungan dagang selama ini juga pada kenyataannya banyak berhubungan dengan negara muslim, misalnya ke Afrika Utara dan Timur tengah.
Dapatkah beristri dua?
Yang agak susah di Korea memang masalah makanan. Hampir selalu dijumpai aroma alcohol dalam sajian makanan, dan hhmmm...., pork alias babi. Saya sendiri yang untuk daily akticitivies selama di Korea adalah di Mokpo Newport, sangat beruntung karena betul-betul orang Korea berusaha memberikan toleransi terhadap saya sebagai muslim. Sayuran juga kebanyaan difermentasi, misalnya kimchi yang sangat terkenal itu. Jadi, makan sayur seperti rasa tape dalam taste Indonesia.
Sejak hari pertama, saya mohon pengertian di kantor Mokpo Newport, Kota Mokpo tempat saya officially ngantor, bahwa saya tidak minum alcohol dan perlu tempat khusus untuk shalat. Sebenarnya, bisa saja shalat saya jama' qasar takhir Dhuhur Ashar di rumah/motel, namun saya khawatir waktu tidak nututi (sampai), atau bisa ketinggalan waktu kalau saya qashar di akhir.
AKhirnya, Mr. Jun Eun Sung menawarkan ruang kosong yang steril dari lalu lintas orang. Saya merasa sangat menghormati penawaran ini, sehingga ketika jam istirahat antara 12.00 -- 13.00, saya gunakan untuk shalat Dhuhur dan Ashar jamak taqdhim.
Waktu shalat dhuhur sendiri sekitar jam 12.35 Local Time. Makan siang di kantor, hampir seluruh pegawai dipahamkan bahwa saya adalah muslim, sedang stand bye di Mokpo Newport untuk program ITEP (International Networking Affiliated Port - Technical Exchange Program- sebuah organisasi non komersial lintas negara beranggotakan Jepang, Korea, China, Indonesia, Srilanka, Philipina, dan Amerika Serikat), sehingga ketika ada menu babi, mereka akan memberitahu dan mengajak makan di luar kantor.
Baca juga: Pesan Imam Al Azhar bagi Muslim Indonesia
Agak surprise juga, ternyata juru masak restoran di kantor juga dipahamkan bahwa saya muslim, dan ternyata dia memasakkan khusus "menu non babi", yang disajikan di piring khusus untuk saya ketika ada menu babi pada hari tertentu. Sekedar info, bahwa mereka makan babi juga tidak setiap hari, dan manu ditempel di papan pengumuman setiap hari.
Meskipun saya telah berusaha makan dengan menu non babi, dan juga kolega di Korea berusaha keras untuk menyajikan menu non babi, namun tetap saja saya selalu beristigfhar ketika mau makan. Bagaimana pun, saya dikepung oleh menu babi, setidaknya aroma itu tercium dan masuk ke rongga hidung saya ketika maka. Semoga Allah mengampuni, saya telah berusaha dan kolega Korea juga telah banyak membantu.