Film Barbie adalah film nostalgia bertema simpel yang mempunyai arti yang dalam bagi para penonton
Latar Belakang
Ya, film Barbie yang tayang perdana di Indonesia pada tanggal 19 Juli 2023 lalu adalah salah satu film favorit penulis di tahun ini. Apa yang membuat penulis merasa film Barbie yang identik dengan kesukaan kaum hawa ini menarik? Mari kita bahas keunikannya!
Pada saat pertama melihat promosi film ini penulis tidak merasa tertarik untuk menontonnya karena seperti sudah bisa menebak apa isinya. Bayangan penulis pada waktu itu adalah cerita yang banyak mengandung unsur nostalgia bagi para penontonnya terutama kau hawa.
Barbie adalah sebuah franchise besar dalam dunia mainan boneka wanita. Semasa kecil dulu bahkan penulis yang merupakan seorang laki-laki mempunyainya. Itu karen pada waktu itu ada seorang saudara perempuan yang juga ikut memainkannya, bukan dibelikan karena keinginan penulis sendiri.
Mulai dari cover yang dipenuhi berwarna merah muda hingga sudut kamera yang dibuat seolah-olah berada di dunia liliput Barbie, membuat penulis tidak tertarik pada awalnya. Namun, semua itu berubah ketika penulis secara tidak sengaja menekan pencarian teratas di Google pada waktu itu.
Ketika layar terbuka, seluruh halaman Google itu penuh dengan dekorasi dan warna merah muda. Apa yang penulis pikirkan waktu itu adalah mengapa Google begitu antusias mensupport film Barbie hingga mengubah tampilan halaman mereka? Hal ini sungguh tidak pernah penulis temukan di film lainnya.
Berangkat dari sana, penulis mencoba mendatangi salah satu bioskop di Malang. Tak terduga dekorasi salah satu bioskop baru di Malang itu juga mendekorasi ruangan utamanya dengan dekorasi serba merah muda layaknya berada di dunia Barbie.
Terdapat banyak sekali photo booth yang mengitari area hall utama bioskop tersebut, dipojok-pojok ruangan terdapat merchandise yang bisa dibeli oleh para penonton di hari itu. Sejenak penulis berpikir, sepertinya euforia dari film ini begitu besar, setelah penulis cari euforia apa yang ada di negara-negara eropa, begitu besar euforianya.
Alasan itulah yang membuat penulis menjadi ingin melihat seperti apa film tersebut. Setelah memasuki area studio tempat menonton, penulis disajikan dengan tayangan awal yang menarik mata, terdapat hamparan dunia Barbie yang indah diikuti awal mula cerita yang konyol namun menarik untuk dilihat.
Film yang Menarik
Secara garis besar, film Barbie ini tidak hanya memanjakan mata penonton untuk bernostalgia saja. Daripada itu, penulis merasa yang menjadi titik sorot utama dari film tersebut adalah pesan yang ingin disampaikan sutradara film melalui adegan-adegan di film tersebut.
Tidak penulis sangka sebelumnya, film yang tadinya seperti film nostalgia berubah menjadi film filosofis yang mana pada akhirnya penonton usia berapa pun dapat dimanjakan.Â
Mungkin sebagian anak kecil akan senang dengan kekocakan cerita dan latar tempat yang begitu "Barbie-like", untuk orang dewasa film tersebut dirasa menyajikan keutuhan cerita yang dalam dan mengandung pesan yang istimewa.
Cerita Dunia Barbie
Terdapat peristiwa di mana Barbie dan Ken (boneka laki-laki teman Barbie) mendatangi dunia manusia untuk bertemu dengan pemain dirinya demi mengembalikan keadaan Barbie yang tidak baik-baik saja.
Di dunia manusia tersebut ketika Barbie dan Ken berpencar untuk menemukan petunjuk, Barbie menemukan pemain dirinya sekaligus perusahaan di mana dirinya di buat, Mattel.Â
Sedangkan Ken berlari-larian ke sana kemari karena tertarik dengan apa yang terjadi di dunia nyata, kemaskulinan di mana-mana, ia merasa jika kemaskulinan yang ada di dunia nyata perlu ia bawa ke dunia Barbie di mana para Ken selalu menjadi sosok figuran.
Beberapa konflik terjadi di film tersebut antara Barbie dengan Mattel di dunia nyata dan Ken di dunia Barbie. Perusahaan Mattel berusaha mereset ulang Barbie dengan memasukkannya di kotak Barbie siap jual. Sedangkan Ken berusaha membuat dunia Barbie yang feminim menjadi dunia Ken yang maskulin.
Ketika Barbie kembali pertama kalinya ke dunia Barbie dari dunia nyata. Ken sudah banyak merubah keisimbangan di dunia Barbie. Ken berusaha mewujudkan apa yang ia inginkan, menjadikan dunia dikuasai oleh para lelaki. Ya, seperti yang terjadi di dunia ini, Ken sangat tertarik dengan itu.
Terjadi konflik yang membuat Barbie sangat sedih dan mengalami kehancuran mental. Namun, teman-temannya menyemangatinya untuk membalikkan keadaan dan mengembalikan dunia Barbie seperti sedia kala.
Berkat bantuan teman barunya, yaitu Gloria yang merupakan pemain sekaligus pemilik Barbie di dunia nyata mereka melakukan manipulasi terhadap para Ken yang mana berakhir dengan kudeta dari dunia Ken "Kendom".
Apa yang dilakukan Barbie adalah menerima Ken sebagai Ken itu sendiri, bukan Ken sebagai boneka yang mempunyai jalan hidup menjadi pasangan Barbie. Ken selalu bingung karena ia selalu menjadi sosok kedua pendukung Barbie.
Dari kacamata penonton, film ini menyajikan begitu banyak pengenalan terhadap apa itu feminitas dan maskulinitas, serta menyatukan keduanya untuk saling mengerti dan menerima apa yang menjadi kodratnya di dunia.
Para laki-laki mempunyai perannya sendiri di dunia sedangkan wanita pun juga mempunyai perannya di dunia. Kedua belah pihak bisa saling menerima dan membantu satu sama lain.Â
Salah satu hal yang membuat menarik adalah film tersebut menyadarkan seperti apa kesusahan menjadi seorang wanita yang mana jarang dunia ini beberkan. Dunia nyata sangat kental dengan maskulinitas, sering menyepelekan kekuatan perrempuan. Namun, di film ini apa yang penulis rasakan adalah kedamaian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H