Terjadi konflik yang membuat Barbie sangat sedih dan mengalami kehancuran mental. Namun, teman-temannya menyemangatinya untuk membalikkan keadaan dan mengembalikan dunia Barbie seperti sedia kala.
Berkat bantuan teman barunya, yaitu Gloria yang merupakan pemain sekaligus pemilik Barbie di dunia nyata mereka melakukan manipulasi terhadap para Ken yang mana berakhir dengan kudeta dari dunia Ken "Kendom".
Apa yang dilakukan Barbie adalah menerima Ken sebagai Ken itu sendiri, bukan Ken sebagai boneka yang mempunyai jalan hidup menjadi pasangan Barbie. Ken selalu bingung karena ia selalu menjadi sosok kedua pendukung Barbie.
Dari kacamata penonton, film ini menyajikan begitu banyak pengenalan terhadap apa itu feminitas dan maskulinitas, serta menyatukan keduanya untuk saling mengerti dan menerima apa yang menjadi kodratnya di dunia.
Para laki-laki mempunyai perannya sendiri di dunia sedangkan wanita pun juga mempunyai perannya di dunia. Kedua belah pihak bisa saling menerima dan membantu satu sama lain.Â
Salah satu hal yang membuat menarik adalah film tersebut menyadarkan seperti apa kesusahan menjadi seorang wanita yang mana jarang dunia ini beberkan. Dunia nyata sangat kental dengan maskulinitas, sering menyepelekan kekuatan perrempuan. Namun, di film ini apa yang penulis rasakan adalah kedamaian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H