Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sang Wanita Penumpang Kereta Terakhir

16 April 2022   14:21 Diperbarui: 16 April 2022   14:25 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tukang becak itu gelisah di tengah malam dengan hujan gerimis menunggu penumpang terakhir yang harapannya akan menaiki becaknya

Ia sangat butuh uang untuk berobat anaknya yang sedang sakit di rumah yang harus segera dibawa ke dokter jauh dari rumahnya

Di tengah kegelisahannya mendekatlah seorang wanita paruh baya dengan menggendong seorang anak yang minta di antar ke tujuannya

Dengan gembira si Tukang becak mengantarnya

Setiba di tempat wanita itu memberikan uang yang banyak jumlahnya
Ketika si tukang becak mengatakan tak punya uang kembalian, si wanita mengatakan bahwa uang itu boleh dibawa semuanya

Dengan gembira si tukang becak mengayuh becaknya pulang dan membawa anaknya ke rumah sakit untuk pengobatannya

Di lain hari, karena penasaran si tukang becak ingin kembali ke rumah wanita dan anaknya yang ia antarkan dan memberinya uang yang banyak jumlahnya

Ternyata rumah itu kosong tak ada penghuninya

Masih penasaran si tukang becak bertanya pada tetangga

Tetangga menjawab bahwa rumah itu memang kosong sejak lama.

Penghuninya dulu janda dengan seorang anak buah hatinya.

Anaknya kemudian jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia

Karena sedih ibu kemudian meninggal menyusul anaknya

Rupa-rupanya yang diantar si tukang becak adalah arwah ibu dan anaknya yang berbelas kasih kepadanya karena tahu betapa pedih, sakit, dan luka ketika ditinggal anak selamanya karena sakit yang tak ada obatnya.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun