Sang lelaki hanya termangu dalam kesedihan dan kerinduan.
Dulu sang gadis pujaan yang kini telah meninggalkannya selalu menjadikannya tumpuan.
Bahu sang lelaki selalu jadi sandaran. Telinganya selalu mendengarkan segala cerita duka bagikan tanah yang menampung jatuhnya air hujan. Hingga sang lelaki mengetahui segalanya luar dalam sang gadis ibarat satelit ruang angkasa yang bisa tahu segala isi bumi dan semesta ciptaan Tuhan.
Tapi kini sang gadis sudah meninggalkannya karena ada lelaki tandingan.
Maka sang lelaki lebih mirip ruang gawat darurat yang hanya dipakai ketika pasien sakit nian. Tapi akan ditinggalkan setelah sakitnya ringan.
Tapi sang lelaki ikhlas menerima demi kebahagiaan sang gadis pujaan. Minimal sekali dalam hidupnya ia pernah merasakan kebahagiaan, jadi tumpuan, dan membuat hidupnya dipenuhi kesegaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H