Mohon tunggu...
Nugroho Angkasa
Nugroho Angkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemilik Toko Online di Dapur Sehat dan Alami, Guide Freelance di Towilfiets dan Urban Organic Farmer. Gemar Baca dan Rangkai Kata untuk Hidup yang lebih Bermakna. Blog: http://local-wisdom.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Dari Inner Peace ke Communal Love untuk Global Interfaith Harmony

1 September 2012   18:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:02 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belajar dari agama Islam, realitas pluralistik ini secara relevatif dinyatakan dalam Al-Quran, ”Kami telah menciptakan kamu semua dari satu pria dan satu wanita, dan menjadikan kamu pelbagai bangsa dan suku, agar supaya kamu saling mengenal.” Realitas yang sama juga ditegaskan Al-Quran, “Bagimu agamamu, bagiku agamaku.”

Secara hermeneutik menurut Aloysius Budi Purnomo, seorang pastor Katolik Pematang Siantar, perwahyuan ayat suci Al-Quran itu bukan saja menunjukkan realitas pluralistik. Tetapi juga memberi perspektif bagi pengenalan unsur-unsur pluralisme itu sendiri.

Pada inti ajarannya – seperti juga agam-agama lain- Islam adalah agama yang anti kekerasan. Tata penghormatan antar sesama Muslim setiap kali bertemu selalu mengucapkan: “Assalamu’alaikum”, yang dijawab dengan: “Wa’alaikumsalam”. Jika diucapkan secara lengkap, ditambahkan doa dengan mengucap: Warahmatullahi Wabarakatuh”, yang artinya “berkah serta rahmat Allah”. Kata-kata: “damai, berkah dan rahmat Allah” memang sesungguhnya adalah tiga intisari ajaran Islam.

Pada hakikatnya agama-agama Samawi menolak paham kekerasan sebagai solusi perbedaan, karena tidak menempatkan loyalitas tertinggi dan pengabdian kepada ras, suku, agama, atau bangsa. Namun loyalitas tertinggi dan pengabdian hanya untuk Allah semata.

Secara umum inti ajaran setiap agama selalu mengandung nilai-nilai substansial dengan corak yang universal. Tetapi dapat dimengerti, jika antar agama juga memiliki perbedaan-perbedaan dogmatis.

Oleh karena itu, dialog antar agama hendaknya diarahkan sebagai pengakuan arti pentingnya agama dan kewajiban memeluk agama serta menjalankan ritual keagamaan bagi setiap individu. Di samping itu, hendaknya juga diarahkan untuk mencapai saling pengertian dan toleransi beragama dalam kehidupuan keagamaan yang penuh harmoni.

Maka pendalaman dan pengahayatan agaran agama-agama perlu terus dikembangkan oleh umatnya. Agar demikian dapat mengembangkan wawawsan multikultural antar pemuka agama, lebih arif dalam melihat perbedaan-perbedaan, serta dapat menempatkan keberadaan umat beragama dalam konteks pluralitas masyarakat dan pluralitas agama-agama yang hidup di Indonesia.

Segenap hadirin yang diberkati Allah,

Dalam kerangka itulah, hendaknya kita sambut baik simposisum ini dalam percaturan keagamaan di Indonesia sekarang ini. Dengan memilih tema dialogis, terlebih dahulu memerlukan pemahaman yang mendalam akan agama-agama dari telaah teologis.

Dengan menyadari keragaman masyarakat, pada tingkat pertama memerlukan dialog antar pemeluk seagama. Kendatipun seiman, inipun memerlukan proses, karena masih adanya perbedaan internal dalam tafsir di setiap mazhab agama. Kita menyadari, bahwa aliran-aliran dalam satu agamapun akan tetap hidup di masyarakat yang plural. Makanya, sangat disesalkan dengan penuh keprihatinan atas tindak kekerasan dan pembakaran oleh kelompok mayoritas kepada kelompok minoritas karena perbedaan mazhab dalam Islam, seperti terjadinya kasus Sampang baru-baru ini.

Karena sifatnya yang peka, pada tingkat kedua dialog hanya layak dilakukan di kalangan terbatas antar tokoh agama, dan di lakukan dengan teramat hati-hati. Interaksi diantar keduanya – dialog tingkat pertama dan kedua – mungkin di suatu saat nanti membutuhkan dialog tingkat ketiga- antara agama-agama dan masyarakat – yang justru lebih mengandung potensi kerawanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun