Mohon tunggu...
Nugroho Angkasa
Nugroho Angkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemilik Toko Online di Dapur Sehat dan Alami, Guide Freelance di Towilfiets dan Urban Organic Farmer. Gemar Baca dan Rangkai Kata untuk Hidup yang lebih Bermakna. Blog: http://local-wisdom.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Dari Inner Peace ke Communal Love untuk Global Interfaith Harmony

1 September 2012   18:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:02 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salam Sejahtera bagi kita semua,

Om swastiastu, Namo budhaya…

Yang saya hormati Gubernur Lemhanas yang diwakili oleh Prof. Dr. Irwan Abdullah, Ketua Yayasan Anand Ashram, dr. Sayoga, Tokoh-tokoh agama, para Pembicara, dan Bapak-Ibu hadirin sekalian,

Marilah kita bersama-sama – sesuai keyakinan agama masing-masing - mengucapkan puji-syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, agar oleh perkenan-Nya kita dapat membangun dialog antar-iman dalam Simposium: “Road to Global Interfaith Harmony” ini dalam suasana kebersamaan, kesetaraan, dan kedamaian penuh harmoni.

Mengutip Raimundo Pannikar dalam bukunya: The Intra Religious Dialogue, memang kita tidak dianjurkan untuk mudah berganti haluan, melainkan untuk berani melihat pengalaman sendiri secara lebih kritis. Sehingga kita dapat membuka tabir-tabir gelap yang penuh mitos dan kepercayaan kita sendiri, yang seringkali menjadi tempat hangat di mana kedamaian semu bersarang, atau menjadi benteng pertahanan yang tinggi dan kokoh untuk mengkritik keberagaman orang lain.

Dengan demikian kita lalu dapat melakukan terobosan-terobosan dan titian-titian baru, dengan berupaya bagaimana hubungan antar iman dimungkinkan, tanpa mengingkari iman yang dipeluknya sendiri. Seharusnya iman seseorang kuat dulu untuk dapat memulai suatu dialog antar agama yang meluas dan mendalam, karena konteksnya adalah dialog atau perjumpaan yang mengarah pada saling pengertian menuju rekonsiliasi atau perdamaian, agar tabir-tabir dan benteng-benteng itu dapat diubah menjadi jembatan kultural antar pemeluk agama.

Terlepas dari perdebatan, apakah benar agama menjadi faktor timbulnya kerusuhan sosial di negeri ini, fakta telah berbicara bahwa kerusuhan sosial yang terjadi salah satunya memang berakar dan dipicu oleh isu agama. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mereduksi, atau kalau mungkin mengeliminasi faktor agama sebagai sumber konflik melalui dialog antar agama dan antar iman.

Meminjam terminology Zuly Qodir, peneliti pada Interfidei Yogyakarta, agama ternyata bak pedang bermata dua. Di satu sisi menawarkan keteduhan, di mana agama menyerukan manusia untuk hidup damai, rukun sentosa, menjunjung nilai-nilai universal keadilan dan kebenaran. Tapi pada sisi lain bisa dibilang sangar, karena agama tak jarang menjadi semacam trigger munculnya kekerasan. Menghadapi kenyataan itu mengakibatkan para aktivis rekonsiliasi sulit melangkah.

Banyaknya kekerasan dipicu sentimen agama seakan membenarkan, bahwa agama memang pendukung kekerasan. Akibatnya, para pemeluk agama seakan hidup dalam ruang sempit dan tertekan. Karena agama yang diharapkan bisa menjadi tempat berlindung Dan pengayoman, malah berlaku kasar, bahkan bisa menjadi bengis.

Segenap hadirin sekalian yang diberkati Allah,

Harus disadari, kita memang hidup dalam pluralitas agama. Suka atau tidak, realitas pluralistik menjadi wahana dan wacana bagi kehidupan keberagaman kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun