Selanjutnya, YP Sukiyanto mengungkapkan bahwa ada aneka sumber keresahan manusia. Misalnya. egosentrisme, merasa lebih dari yang lain; tergesa-gesa, tidak sabaran, tak tahan derita; terlalu yakin, menganggap sepele; tak mengerti, tak menguasai masalah; berontak; dan sikap lemah.
Sebaliknya, penggiat Aliran Kepercayaan dan Ketua HAK (Hubungan Antar Agama Blora) tersebut menyatakan bahwa sumber ketentraman hati ialah hakekat diam, bhakti, kasih, dan damai di dalam hati.
Communal Love
Pada sesi Communal Love (Cinta pada Sesama), Romo Aloysius Budi Purnomo, Pr dari perwakilan Katolik berbagi pengalamannya saat masih bertugas di Pematang Siantar. Komunitas harus dibangun dalam konteks global. Gagasannya memang universal tapi diwujudkan secara lokal. Seperti kata tamsil bijak, “Think globally act locally.”
Romo yang satu ini terlibat dalam komunitas-komunitas kasih tanpa pandang suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Ia bekerjasama dengan Komunitas para Bhante, kenal dekat Gus Umar (adik almarhum Gus Dur), dan turut hadir dalam deklarasi Gusdurian di Semarang.
Saat masih bertugas di Paroki Tanah Mas, Semarang, Ibu Shinta Wahid pernah berkunjung ke sana. Alumnus Magister Teologi Wedahabhakti Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta ini suka bermain saksofon dan gitar. Ia menggunakan sarana seni dan budaya untuk mencairkan suasana dan perbedaan yang ada.
Baginya, mengajak anak-anak muda membangun komunitas-komunitas kasih juga penting. Ia mengajak muda-mudi Katolik live in di Pondok Pesantren. Sehingga mereka bisa saling belajar satu sama lain.
Ketua komisi hubungan antar agama dan kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (KAS) ini juga berupaya membangun hal serupa di tingkat global. Tepatnya di sebuah perkampungan Muslim di Bulgaria.
Pembicara selanjutnya Alissa Wahid menekankan pada hubungan dengan sesama. Berbelarasa dengan yang lemah dan dilemahkan. Tuhan pun mengutus Nabi Muhammad saw untuk menjadi rahmat bagi alam semesta.