Mohon tunggu...
Nugroho Angkasa
Nugroho Angkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemilik Toko Online di Dapur Sehat dan Alami, Guide Freelance di Towilfiets dan Urban Organic Farmer. Gemar Baca dan Rangkai Kata untuk Hidup yang lebih Bermakna. Blog: http://local-wisdom.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Latihan Meditasi untuk Kesehatan Holistik

17 Maret 2012   08:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:55 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agar tak terlalu serius, Pak Anand juga melontarkan joke-joke segar. Alkisah, Mulla Nasrudin mendapat undangan pernikahan di sebuah gedung megah. Setor muka dan makan itulah yang utama. Tapi saat itu, bajunya tak bagus, karena baru pulang dari main golf.

Di depan pintu gedung ia dicegat penjaga keamanan, ia tak percaya kalau si tamu ialah Mulla Nasrudin yang terkenal itu. Lantas, Mulla mengeluarkan KTP dari dalam dompetnya. Tapi ia malah justru mencuri dompet dan akan ditangkap. Segera saja Mulla ambil jurus langkah seribu. Ia pulang ke rumah dan mengganti baju.

Satpam yang sama masih berjaga di pintu masuk. Kali ini Mulla memakai baju bagus. Ia langsung diijinkan masuk, tanpa ditanya macam-macam.

Di dalam gedung, setiap kali Mulla makan sesuap nasi, sesuap untuk jas Armani yang dipakainya. Baju itu paling mahal, bukan buatan Bangkok tapi asli, parfumnya asli juga, bukan buatan China. Begitu juga kalau meminum bir, seteguk diminum, segelas dituang ke saku jasnya.

Para tamu yang hadir keheranan. Tokoh sekaliber Mulla kok berlaku konyol seperti itu. Lantas, ada seorang yang memberanikan diri bertanya, kenapa Mulla menyuapi nasi dan menuangkan bir ke jasnya. Mulla menjawab bahwa ia mau berterimakasih pada jasnya. Karena dengan pakaian ini ia boleh diijinkan masuk. Padahal saat mengenakan pakaian biasa, ia tak diijinkan mengikuti resepsi pernikahan ini.

[caption id="attachment_166626" align="aligncenter" width="300" caption="Para peserta di ruang depan"]

13319765871989700256
13319765871989700256
[/caption]

Bobby dari STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Pariwisata) Sahid, Surakarta menjadi penanya terakhir. Ia aktif di Komunitas History Club. Pertama, katanya tadi kita perlu menjaga pergaulan. Tapi bukankah kita hidup di tengah lingkungan yang beraneka ragam. Lantas, bagaimana solusinya Pak? Kedua, apa itu jiwa dan kenapa jiwa kita ada di sini.

Kemudian Pak Anand menjawab, "Intinya, jangan kita mau diperbudak oleh sesuatu di luar diri. Kita boleh memakai jas Aemani karena kita memilih demikian. Bukan sekadar ikut-ikutan atau karena gengsi semata. Kini banyak orang membeli buku. Tapi hanya ditaruh di rak dan tak pernah dibaca. Kita hanya membeli karena banyak orang melakukan hal serupa."

Secara lebih mendalam dijelaskan bahawa kalau kita sudah menemukan jati diri, kita tak akan terpengaruh lagi. Dalam pengertian, kita dapat menentukan pilihan hidup kita sendiri. Kini masyarakat kita seolah dihipnotis secara massal. Oleh sebab itu, kita perlu menemukan jati diri dulu.

Lantas untuk pertanyaan kedua, apakah jiwa itu? “Kalau saya menjawab, maka ada 2 kemungkinan. Pertama, Anda akan menolak. Kedua, Anda mengikuti saya. Jadi lebih baik saya tak menjawab, mari kita meniti ke dalam diri dan menemukannya sendiri, ” imbuh Pak Anand.

Pak Anand juga kemudian memperkenalkan bahwa di AKIC ini ada Mas Adrian, Pak Tri, Pak Bud, dll. Sehingga kita bisa berlatih meditasi bersama, saling sharing dan berbagi. Di sini tak ada istilah Ketua. Yang ada hanya koordinator dan fasilitator. Tak ada juga Guru. Sebab Guru Sejati ialah Gusti Pangeran, Allah, Bapa di Surga, Tao, Buddha, Widhi, apapun sebutan-Nya pada Ia yang satu ada-Nya. Kita di sini hanyalah pelayan ciptaan-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun