Mohon tunggu...
Nugroho Angkasa
Nugroho Angkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemilik Toko Online di Dapur Sehat dan Alami, Guide Freelance di Towilfiets dan Urban Organic Farmer. Gemar Baca dan Rangkai Kata untuk Hidup yang lebih Bermakna. Blog: http://local-wisdom.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Gigih Melakoni Kehidupan

11 Maret 2012   15:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:13 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejatinya sang ibu bukan sekedar mengajarkan anaknya menjadi mata duitan. Menurut Sidik, itu merupakan keberuntungan Stephen kecil. Kenapa? Karena ibunya menghargai kreatifitas dan jerih payahnya sejak usia dini.

Penulis buku ini piawai mengklasifikasikan materi seturut peristiwa penting. Misalnya, beberapa tulisan yang bernuansa pendidikan, ia tempatkan pada bulan Mei. Kenapa? Karena untuk memaknai hari Pendidikan Nasional. Sedangkan materi yang bernuansa cinta, tentu saja di bulan Februari. Tema ihwal nasionalisme ada di bulan Agustus.

Pada tahun 1929, Soekarno ditahan oleh Belanda. Karena pidato-pidato Bung Karno dinilai berbahaya. Tatkala ketua PNI (Partai Nasional Indonesia) itu berdiri di atas mimbar, ia bisa membius para pendengar sekaligus mengobarkan semangat perlawanan untuk meraih kemerdekaan.

Tak heran presiden R1 pertama itu dijuluki Singa Podium. Pun selama mendekam di dalam penjara Bung Karno tetap berjuang. Medianya ialah kertas dan pena. Ia menulis pledoi selama satu setengah bulan. Hebatnya, alas kertas tempatnya menulis ialah pispot. Ya, tempat pembuangan air seni dan tinja. Kelak buah pena dari balik jeruji itu dibukukan dengan judul Indonesia Menggugat (halaman 235).

Sebagai seorang guru SD Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo, Sidik Nugroho memiliki banyak pengalaman berinteraksi dengan anak-anak. Ia berbagi juga 1 kisah unik. Pasca mengajar, penulis sering mengadakan kuis tanya-jawab. Mulai dari tebak lagu dengan merujuk pada nada-nada yang dimainkannya dengan gitar, tebak gambar yang dilukis seorang siswa di papan tulis, sampai sesi cerdas-cermat seputar materi yang telah disampaikan.

Tapi tak ubahnya orang dewasa, anak-anak juga tak siap menerima kekalahan. Bahkan ada yang sampai menangis jika kelompoknya tak menjadi pemenang. Solusinya ialah dengan menulis, “Siap Menang, Siap Kalah!” di papan tulis. Jadi setiap akhir kuis, sang guru menunjuk ke depan kelas. Serentak semua murid berteriak lantang - baik yang kalah maupun yang menang - membaca kesepakatan awal tersebut.

Satu kelemahan buku ini ialah ketiadaan daftar isi. Sehingga sidang pembaca agak kesulitan mencari judul refleksi tertentu. Kendati demikian, karya tulis ini dapat menjadi oasis di padang gersang rutinitas. Sepakat dengan pendapat Sidik Nugroho, "Salah satu alasan untuk membuat semangat hidup tetap terjaga ialah kenangan akan suatu momen yang indah." Selamat membaca! (T. Nugroho Angkasa S.Pd, Guru Bahasa Inggris di PKBM Angon (Sekolah Alam) dan Ekstrakurikuler English Club di SMP Kanisius, Sleman, Yogyakarta)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun