Mohon tunggu...
Nugroho Angkasa
Nugroho Angkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemilik Toko Online di Dapur Sehat dan Alami, Guide Freelance di Towilfiets dan Urban Organic Farmer. Gemar Baca dan Rangkai Kata untuk Hidup yang lebih Bermakna. Blog: http://local-wisdom.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Rendah Hati, Wirausaha, dan Silaturahmi

6 September 2014   16:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:27 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14099694081155268930

-  Wah iyaa deh Pakk, saya akan cobaa

Semula Zidan memang merasa tidak enak kalau menerima bayaran. Tapi saya meyakinkannya bahwa kita harus profesional. Sebab, ia telah meluangkan waktu, keahlian, dan energi untuk merombak blog jadul saya tersebut. Terlebih, saat itu Zidan masih menjalani masa-masa orientasi siswa (MOS) di sekolah baru. Biasanya, Zidan menggarap proyek renovasi blog tersebut pada akhir pekan (weekend).

Tak lama berselang, abrakadabra!!! Saya takjub dengan kemampuan dan kreativitas Zidan. Kini tampilan dan layout blog saya jadi lebih segar. Silakan mampir jika hendak melihat langsung karya apik Zidan di www.local-wisdom.blogspot.com. Uniknya, saat saya hendak men-transfer pembayaran, ia mengaku tak memiliki nomor rekening di bank karena belum berusia 17 tahun. Zidan meminta dikirimi pulsa sejumlah nominal awal yang telah kami sepakati bersama.

Refleksi

Dari pengalaman tersebut setidaknya saya belajar 3 nilai keutamaan. Pertama, rendah hati. Ternyata guru tak selalu menjadi sumber ilmu satu-satunya. Bisa jadi saya lebih menguasai kemampuan berbahasa Inggris karena  memang termasuk man of letters, yakni orang yang kecenderungan gaya belajarnya – meminjam istilah Prof. Howard Gardner (Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences, 1983) – linguistik/verbal.

Tapi secara visual/spasial jujur saya kurang bisa optimal. Oleh sebab itu, saya meminta bantuan Zidan yang walau secara linguistik/verbal biasa saja tapi kecerdasan visual/spasialnya lebih mumpuni. Keenam model kecerdasan majemuk lainnya ialah logical/mathematical,  bodily/kinesthetic, musical/rhythmic, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistic.

Ironisnya, menurut Handy Susanto S.Psi saat ini kecerdasan murid hanya diukur berdasarkan hasil tes IQ. Padahal tes IQ membatasi hanya  pada kecerdasan logika (matematika) dan bahasa (linguistik). Oleh sebab itu, para guru perlu membuka diri terhadap temuan mutakhir terkait konsep kecerdasan jamak (multiple intelligences).

Caranya kurangi frekuensi mengajar satu arah dengan terus berceramah di depan kelas. Sebab menyitir tesis Paulo Freire – metode gaya bank - semacam itu sudah kadaluarsa. Alangkah lebih baik, kalau aktivitas belajar diisi dengan menggambar, membuat kerajinan tangan, senam otak (brain gym), menciptakan lagu, menyanyi bersama, menari bebas, mendengarkan musik, permainan kelompok, mendongeng, menonton film, bermain sulap, pentas drama, presentasi kelompok, dll.  Aneka aktivitas tersebut niscaya memunculkan kembali semangat belajar murid.

Kedua, wirausaha atau istilah kerennya entrepreneurship. Ini bukan semata soal nominal berapa besaran honor yang saya bayarkan kepada Zidan sebagai balas jasanya memercantik tampilan blog, tapi bagaimana sejak belia ia bisa belajar berwirausaha.

Beberapa waktu lalu, saya juga membesarkan hati Zidan yang memilih masuk ke SMK bukan ke SMA seperti banyak teman-teman lainnya. “Tak apa Zidan, kalau di SMK setelah lulus bisa langsung kerja karena sudah punya bekal keahlian,” tulis saya via pesan FB saat ia mengabarkan diterima di SMKN 2 Bandar Lampung.

Dalam konteks makro, jumlah wirausahawan di Indonesia memang masih minim, Padahal syarat menjadi negara maju salah satunya  dengan memiliki jumlah wirausaha minimal 2 persen dari total jumlah penduduk. Saat ini, jumlah wirausaha Indonesia masih kurang dari 2 persen atau sebanyak 700 ribu orang, jadi masih dibutuhkan sedikitnya 4 juta lebih wirausahawan baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun