“Jangan sampai lupa menyampaikan titipanku buat Adi, ya,” ujar Santi sambil berjalan keluar kelas.
“Iya,” lagi-lagi Tiwi menjawab pendek
“Jangan dimakan sendiri lho,” pesan Santi lagi.
“Iyaaaa…” Tiwi menjawab dengan gemas.
Beberapa siswa yang kebetulan berdekatan dengan mereka berdua saat turun tangga menoleh ke arah mereka dengan pandangan heran.
Setiba di rumah, Tiwi langsung diberi tugas menjaga Adi karena Ibu pergi berbelanja ke warung.
Adi merengek-rengek mengajak Tiwi bermain sepeda keliling kompleks. Kebetulan demamnya sudah reda. Nah, saat bermain sepeda itu, Tiwi kurang berhati-hati sehingga terjatuh karena tersandung batu. Untung, Adi tidak terluka, karena mendarat di atas rerumputan empuk. Tapi nahas bagi Tiwi, lututnya tergores besi di ujung stang sepeda.
"Kak Tiwi, di situ saja. Nanti sakit kalau jalan," kata Adi kepada kakaknya.
Tiwi hanya mengangguk dan menahan perih. Adi kemudian pergi entah kemana dengan langkah kecilnya.
Tak lama kemudian, tiba-tiba terdengar suara. "Kak Tiwi... ini obatnya…," seru Adi sambil memberikan betadine kepada kakaknya.
Tiwi mengambilnya dari tangan Adi, lalu mengoleskannya pada luka di kakinya yang berdarah itu. Saat itu juga ia baru sadar ternyata Adi sangat baik dan sayang kepadanya.