Santi tidak menjawab. Namun ia tetap ikut menemani Tiwi membeli arem-arem di kantin. Setelah itu, mereka bergegas kembali ke dalam kelas.
Di kelas, Santi mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam tasnya.
“Ini buat kamu dan Adi,” kata Santi sambil menyodorkan bungkusan itu.
“Apa ini?” tanya Tiwi.
“Kue lapis legit,” jawab Santi.
“Kemarin papaku baru pulang dinas dari luar kota. Papa membawa oleh-oleh, tapi terlalu banyak kalau harus kuhabiskan sendiri.”
"Mm...makasih ya, San," ucap Tiwi senang. “Enak ya kalau tidak punya adik atau kakak. Tidak harus berbagi.”
“Iya memang.. tapi juga tidak ada yang diajak main, tidak ada teman bercanda, tidak ada yang suka menyambut dan mencium kalau aku pulang sekolah,” tanggap Santi.
Mendengar itu, sekarang giliran Tiwi yang terdiam. Tak ada lagi percakapan di antara mereka berdua. Masing-masing asyik menikmati makanan di jam istirahat pertama itu sampai akhirnya bel masuk berbunyi dan pelajaran pun dilanjutkan kembali.
“Hari ini kamu langsung pulang, Wi? tanya Santi sambil membereskan tas dan buku-buku setelah bel tanda berakhirnya jam sekolah berbunyi.
“Iya,” jawab Tiwi pendek.