[caption ][/caption]
Sumber:Foto pertama; Foto kedua; Foto ketiga.
**********
Coba perhatikan gambar di atas. Di kiri, gula pasir yg dijual di pasar. Itu dapat disebut gula pasir generik. Di sampingnya ada gula pasir yang diberi nama dagang: Gulaku, Gulare, dll. Ini adalah gula yang bermerek. Mungkin sekali dipatenkan merek dagangnya. Orang lain tidak boleh menjual gula seenaknya dengan memakai merek "Gulaku". Apa merek dagang gula pasir asli yang diproduksi pertama kali di dunia? Entahlah. Tidak banyak orang peduli. Itu penemuan ratusan tahun lalu. Tak ada lagi perusahaan yang mengklaim gula pasir itu hasil penemuannya dan melarang orang jual gula pasir. Masa hak patennya telah lewat (kalaupun ada).
Adakah perbedaan di antara berbagai gula itu? Tentu ada... Yang satu lebih kuning, yang lain lebih putih. Yang satu lebih besar butirannya, yang lain lebih kecil. Tapi bagaimana kalau dimasak? Kalau dipakai untuk bikin kopi? Semua sama saja. Sifat manisnya sama. Kegunaannya sama. Merek bisa beda. Harga berbeda. Itulah inti dari permasalahan "generik".
Obat generik itu sama dengan gula pasir yang dijual di pasar tadi. Jadi disebut, obat generik adalah obat yang sebanding dengan obat bermerek yang ditemukan pertama kali, yang dipatenkan terlebih dahulu. Kualitas dan khasiatnya harus kurang lebih sebanding dengan produk obat aslinya.
Aspirin sebagai Contoh
Misalkan saja obat yang disebut "asam asetil salisilat". Obat ini dibikin pertama kali di laboratorium Bayer, Jerman, tahun 1897. Dia lalu dipatenkan, dan dijual dengan merek Aspirin; obat penurun panas yang belakangan diketahui punya banyak khasiat lain. Hak patennya telah lama habis. Maka perusahaan2 di dunia berlomba2 memproduksi obat ini dan dijual dengan berbagai merek: Aspirin, Cardio Aspirin, Aspilet, Ascardia, Astika, Bodrexin, Farmasal, dan ratusan nama lain di dunia. Isinya? Semua sama: asam asetil salisilat. Khasiatnya? Semua sama.
Adakah perbedaan antara obat generik dengan obat bermerek (yang sering disebut "obat paten")? Tentu ada. Tapi, seperti halnya gula di atas, khasiatnya kurang lebih sebanding. Khasiat inilah yang harus dikawal oleh pemerintah. Di Indonesia, ini diawasi oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan Indonesia (BPOM).
Tapi ada orang yang mengatakan obat generik kalah khasiatnya dibanding "obat paten"? Baiklah. Mari kita bahas
Khasiat Obat
Dalam pembuatan obat, orang harus mengacu pada buku pedoman. Di Indonesia ini ditulis dalam buku Farmakope Indonesia. Perusahaan farmasi yang membuat obat harus mengikuti secara tepat apa yang ditulis di farmakope tadi. Lihat contoh gambar di bawah. Itu diambil dari buku Farmakope Indonesia tentang standar obat antibiotik amoksisilin.
[caption caption=" Sumber: Farmakope Indonesia Edisi 5."]
Jangan baca rumus2 ajaib yg di atas ini. Cukup lihat angka 900 mikrogram yang warna merah di situ. Ditulis bahwa amoksisilin paling sedikit harus mengandung 900 mikrogram zat per mg. Bagaimana seandainya saat diperiksa oleh BPOM, obat tadi hanya mengandung 890 mikrogram? Kurang sekitar 1% dari seharusnya. Itu menyalahi aturan! Harus dibuang. Â Dan perusahaan farmasi tadi akan dikasih peringatan oleh BPOM (teorinya begitu).
Tapi, apakah obat tadi benar2 tidak berguna? Salah... Antibiotik ini tetap berkhasiat, dan bila diberikan pada orang sakit, dia juga akan sembuh (bila cocok). Bayangkan Deddy Corbuzier yang beratnya lebih dari 80 kg. Kalau ke dokter, dia diberi obat amoksisilin dengan dosis 500 mg 3 kali sehari. Ibu2 yang kecil, dengan berat 50 kg, juga biasa diberi dosis yang tepat sama. Berapa bedanya? Dibandingkan dengan ibu tadi, Deddy seharusnya mendapat dosis 60 % lebih tinggi. Â Jadi perbedaan yang sangat kecil, 1 %, yang dinyatakan tidak lolos dari segi farmasi, sering kali tidak berarti apa2 bagi dokter praktek. Dosis biasa bervariasi besar sekali.
Bagaimana dengan obat generik? Obat generik tetap harus memenuhi syarat di atas tadi. Mungkin kemasannya lebih jelek. Mungkin variasi kadarnya lebih besar sedikit. Tapi dia harus memenuhi standar farmakope. Jadi dalam praktek, praktis sama saja dengan "obat paten". Lalu, kenapa ada orang mengatakan berbeda? Mungkin karena tidak tahu, atau ada udang di balik batu.
Kesimpulan: dalam praktek, obat generik sama saja khasiatnya dengan obat "paten" atau yang bermerek. Jangan mudah terkecoh.Â
----------------------
Baca juga: Gebrakan Bereskan Masalah Obat.
============================
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H