Jangan baca rumus2 ajaib yg di atas ini. Cukup lihat angka 900 mikrogram yang warna merah di situ. Ditulis bahwa amoksisilin paling sedikit harus mengandung 900 mikrogram zat per mg. Bagaimana seandainya saat diperiksa oleh BPOM, obat tadi hanya mengandung 890 mikrogram? Kurang sekitar 1% dari seharusnya. Itu menyalahi aturan! Harus dibuang. Â Dan perusahaan farmasi tadi akan dikasih peringatan oleh BPOM (teorinya begitu).
Tapi, apakah obat tadi benar2 tidak berguna? Salah... Antibiotik ini tetap berkhasiat, dan bila diberikan pada orang sakit, dia juga akan sembuh (bila cocok). Bayangkan Deddy Corbuzier yang beratnya lebih dari 80 kg. Kalau ke dokter, dia diberi obat amoksisilin dengan dosis 500 mg 3 kali sehari. Ibu2 yang kecil, dengan berat 50 kg, juga biasa diberi dosis yang tepat sama. Berapa bedanya? Dibandingkan dengan ibu tadi, Deddy seharusnya mendapat dosis 60 % lebih tinggi. Â Jadi perbedaan yang sangat kecil, 1 %, yang dinyatakan tidak lolos dari segi farmasi, sering kali tidak berarti apa2 bagi dokter praktek. Dosis biasa bervariasi besar sekali.
Bagaimana dengan obat generik? Obat generik tetap harus memenuhi syarat di atas tadi. Mungkin kemasannya lebih jelek. Mungkin variasi kadarnya lebih besar sedikit. Tapi dia harus memenuhi standar farmakope. Jadi dalam praktek, praktis sama saja dengan "obat paten". Lalu, kenapa ada orang mengatakan berbeda? Mungkin karena tidak tahu, atau ada udang di balik batu.
Kesimpulan: dalam praktek, obat generik sama saja khasiatnya dengan obat "paten" atau yang bermerek. Jangan mudah terkecoh.Â
----------------------
Baca juga: Gebrakan Bereskan Masalah Obat.
============================
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H