Mohon tunggu...
nugraha
nugraha Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Melihat Gambaran Seorang Calon Walikota Jogja

30 Mei 2016   17:37 Diperbarui: 30 Mei 2016   17:58 1120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber : instagram.com)

oleh : Ketut Nugraha Jati

mahasiswa DKV ISI Yogyakarta 

Kota  Jogja saat ini mencari seorang walikota yang benar-benar bisa menjalankan amanat menjadi seorang pemimpin, banyak media yang digunakan untuk mengkomunikasikan pesan dari satu pihak ke orang banyak. Di dalam sebuah media iklan politik, para kandidat bersaing membangun reputasi dan citra pejabat publik atau pencari jabatan, menginformasikan pada banyak orang mengenai kualifikasi seorang politisi, latar belakang, pengalamannya, kepribadiannya. Sehingga merupakan sebuah dorongan bagi prospek pemilihan calon/kandidat yang bersangkutan dalam proses politik dan demokrasi.

 Berbagai bentuk media, mulai dari cetak, elektronik, hingga media outdor memungkinkan untuk iklan politik. Hal yang diperlukan dalam periklanan politik adalah bagaimana memanfaatkan kekuatan masing-masing media dan wilayah jangkauan yang dimiliki media periklanan, yang di selaraskan dengan objek masing-masing periklanan politik. Media periklanan politik di Jogja masih di dominasi oleh banner outdor dan baliho-baliho yang di pasang di sudut-sudut kota.

Beberapa kandidat calon walikota lebih memiliih beberapa tempat untuk memasang iklan-iklan politik mereka dikarenakan beberapa tempat/wilayah di dominasi oleh golongan-golongan parpol tertentu yang rawan terjadi konflik karena perbedaan pendapat. Disana bisa di sebut ada sebuah wilayah imaginer yang di tempati golongan blok-perblok yang tidak bisa di campur oleh golongan tertentu. Sebuah iklan politik menjadi susah untuk  masuk dan meyakinkan/mempresuasi wilayah yang di huni oleh mayoritas sebuah golongan. Seharusanya ini bukan menjadi  batasan di masyarakat sosial untuk berdemokrasi, hati nuranilah yang harus di gunakan untuk memilih sosok pemimpin.

 Rasa ketertarikan untuk melihat lebih dekat bagaimana iklan-iklan politik yang ada di ruang publik tertuju pada karya banner dan baliho kandidat calon walikota kota Jogja yaitu Muhammad Fuad Andreago. Setiap sudut kota Jogja sudah tidak asing lagi banyaknya baliho dan baner Muhammad Fuad Andreago terpampang jelas. Partai berbasis islami menjadi background seorang Muhammad Fuad Andreago, semua itu bisa di lihat dari cara berpenampilan yang islami menjadikan seorang calon pemimpin yang menjunjung nilai-nilai islam.

(sumber : instagram.com)
(sumber : instagram.com)
Atribut yang digunakan seperti sorban dan pecis menyimbolkan sebuah pemimpin islam yang mengamalkan sunnah Rasul yaitu menggunakan sorban dan pecis. Ada sebuah hadits bahwa Rasul S.A.W, para sahabat sujud di atas surban dan kopyahnya dan kedua tangan mereka di sembunyikan dikain lengan bajunya  (menyentuh bumi namun kedua telapak tangan mereka beralaskan bajunya karena bumi sangat panas untuk disentuh).Saat cuaca panas. (HR. Shahih Bukhari). Dan masih banyak hadits shahih yang meriwayatkan tentang surban. Jogja adalah kota yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam, sebuah visualisasi seseorang  yang menunjukan wibawa, menjadikan strategi politik untuk menjadi pemimpin islam yang mampu menjalankan amanah.

Seorang pemimpin haruslah mempunyai wibawa dan menanamkan pengaruh kepada orang banyak, penampilan adalah emlement pertama untuk menilai seseorang, disana kita bisa menilai dari latarbelakang, karakter, raut wajah dan penampilan. Dalam karya banner dan balihonya terdapat slogan (Muda Siap Berkarya Untuk Jogja) yang menggunakan warna putih dengan typografi sherif bergaya stencil.

 Peran typografi di dalam sebuah iklan memiliki pengertian luas yang meliputi penataan layout yang berkaitan dengan legibility dan keterbacaan. Legibilitas adalah tingkat kemudahan dalam membaca sebuah huruf dan tidak harus bersusah payah. Dimana keterbacaan yang di terapkan pada ruang publik atau media outdor di tuntut untuk cepat dan mudah dipahami. Typografi menjadi sangat penting dalam penyampaian informasi dan berkomunikasi kepada orang banyak.

Style typografi secara tidak langsung bisa memberikan kesan dari sebuah karya desain, disini saya melihat karya banner ini menggunakan style huruf stencil dimana presepsi kita tertuju akan gaya perang yang biasanya menggunakan typografi stencil untuk menandai persenjataan dan alat perang. Melambangkan sosok pemimpin perang yang tegas bisa memberikan kendali penuh dan bertanggung jawab di medan perang, bagaikan singa di gurun pasir. Selain itu pemilihan kata dan slogan untuk iklan politik sangat berpengaruh dalam meyakinkan, mempresuasi, membangun sebuah citra, (Muda Siap Berkarya Untuk Jogja) begitulah sekiranya slogan yang digunakan oleh seorang Fuad Andreago, terlihat seorang yang muda yang sekiranya bisa mengubah kota Jogja dalam slogannya tersebut.

Penggunaan warna dalam tyopgrafi juga diperlukan ini berkaitan dengan keterbacaan/legibilitas sebuah karya desain selain itu warna juga bisa menyampaikan pesan secara tidak langsung. Penggunaan warna putih dalam karya banner ini di sesuaikan dengan atribut yang digunakan tokoh calon walikota. Warna putih memberikan pengertian tentang kebersihan, kepolosan, kemurnian, kesederhanaan. Penggunaan warna putih yang digunakan dengan tepat dapat memberikan efek keyakinan akan kualitas yang tidak akan mengecewakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun