Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam menciptakan masa depan bangsa yang lebih baik. Di Indonesia, pemerintah telah merancang Kurikulum Merdeka Belajar (KMB) sebagai solusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air. KMB sendiri bertujuan untuk membebaskan pembelajaran dari keterikatan dengan kurikulum yang kaku dan memberikan kebebasan pada sekolah untuk merancang kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing.
Namun, dalam pengembangan kurikulum yang lebih fleksibel, seringkali aspek budaya diabaikan dan tidak menjadi perhatian utama. Padahal, aspek budaya sangatlah penting dalam pembelajaran.
Integrasi antara budaya dan pendidikan telah lama menjadi hal yang dikenal di Indonesia, yang terbukti dengan keberadaan Ki Hadjar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Beliau memperkenalkan filosofi pendidikan dalam bahasa Jawa dengan semboyan "ing ngarso sung tuladha, ing madyo mangun karsa, dan tut wuri handayani" yang terus-menerus diingat dan diucapkan secara luas dalam bahasa aslinya, bahkan setelah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Semua ini menunjukkan betapa pentingnya integrasi antara budaya dan pendidikan dalam konteks Indonesia.
Melalui implementasi Kurikulum merdeka, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang dipimpin oleh Nadiem Makarim ingin memperkuat gagasan perpaduan budaya dan pendidikan. Salah satu cara untuk mengintegrasikan aspek budaya dalam pembelajaran terutama matematika adalah dengan etnomatematika. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali siswa merasa bahwa kebudayaan dan kearifan lokal mereka tidak memiliki nilai yang sama dengan kebudayaan luar.
Etnomatematika adalah cabang ilmu matematika yang mempelajari hubungan antara matematika dan budaya. Etnomatematika memperkenalkan konsep matematika yang dibangun dalam konteks budaya dan mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran matematika.
Dalam konteks Indonesia, etnomatematika dapat menjadi alat pengintegrasian budaya dengan matematika. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkenalkan berbagai konsep matematika yang terkait dengan budaya Indonesia, seperti penggunaan angka dalam sistem kalender Jawa, ilmu hitung dalam seni ukir, dan matematika dalam pembuatan kerajinan tradisional.
ilustrasi budaya dalam masyarakat sekitar. foto www.shutterstock.com.
Dengan mempelajari matematika dalam konteks budaya yang relevan dengan kehidupan siswa, pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna dan kontekstual.
Penerapan etnomatematika dalam pembelajaran matematika juga dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep matematika secara lebih mendalam dan bermakna. Dalam pembelajaran matematika konvensional, siswa seringkali hanya diajarkan untuk menghafal rumus dan cara-cara untuk menyelesaikan soal. Namun, dengan etnomatematika, siswa dapat memahami konsep-konsep matematika dengan cara yang lebih bermakna, karena konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan konteks budaya dan kearifan lokal.
Dalam penerapan etnomatematika dalam kurikulum juga membutuhkan sumber daya yang memadai. Guru perlu memahami konsep-konsep etnomatematika dan memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan konsep tersebut dalam pembelajaran. Selain itu, juga diperlukan sumber daya seperti buku-buku dan materi pembelajaran yang terintegrasi dengan etnomatematika.
Dalam kurikulum merdeka, pemerintah memprioritaskan pengembangan pendidikan yang berbasis lokal dan nasional. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengintegrasikan unsur-unsur budaya ke dalam pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran matematika. Etnomatematika menjadi salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang efektif dalam mengintegrasikan budaya dan kearifan lokal ke dalam pembelajaran matematika.
Etnomatematika tidak hanya memperkenalkan konsep-konsep matematika dari perspektif budaya yang berbeda, tetapi juga membantu siswa untuk memahami bagaimana matematika dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dalam konteks kurikulum merdeka, pembelajaran matematika yang mengintegrasikan budaya lokal dapat membantu siswa membangun kebanggaan terhadap kebudayaan dan kearifan lokal mereka. Selain itu, penerapan etnomatematika juga dapat memperkuat identitas budaya dan nasionalisme siswa.
etnomatematika juga memperkenalkan siswa pada beragam konsep matematika yang berasal dari budaya-budaya yang berbeda. Hal ini dapat membantu siswa memahami lebih dalam tentang keberagaman budaya yang ada di Indonesia dan juga di dunia. Pemahaman tentang keberagaman budaya ini sesuai dengan tujuan kurikulum merdeka yang memfokuskan pada pembelajaran yang memperkaya siswa secara holistik.
Sebagai contoh, dalam pembelajaran geometri, siswa dapat mempelajari bentuk-bentuk geometri yang terdapat dalam seni ukir tradisional atau arsitektur bangunan khas daerah mereka. Siswa dapat memahami bagaimana bentuk-bentuk geometri tersebut digunakan dalam konteks budaya dan bagaimana konsep-konsep matematika seperti simetri, proporsi, dan perbandingan dapat diterapkan dalam membuat seni ukir atau desain arsitektur. Dalam kebudayaan Bali terdapat konsep Tri Hita Karana yang menghubungkan tiga aspek kehidupan, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan alam.Â
Konsep ini dapat dihubungkan dengan pembelajaran matematika, seperti konsep perbandingan dan persentase. Dalam konsep perbandingan, siswa dapat membandingkan hubungan manusia dengan alam dalam kebudayaan Bali dengan konsep perbandingan yang diajarkan dalam matematika. Sedangkan dalam konsep persentase, siswa dapat memahami konsep persentase dalam kebudayaan Bali, seperti konsep bunga bank dan bunga pinjaman.
Dalam pembelajaran statistik, siswa dapat mempelajari bagaimana data-data yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari dapat diolah dan dianalisis dengan menggunakan konsep-konsep statistik. Contohnya, siswa dapat melakukan survei tentang makanan khas daerah mereka dan kemudian menganalisis data untuk mengetahui makanan mana yang paling populer dan mengapa.
Dalam pembelajaran matematika yang mengintegrasikan budaya lokal, guru juga dapat memperkenalkan siswa pada berbagai masalah matematika yang berhubungan dengan kearifan lokal. Misalnya, dalam pembelajaran tentang volume dan kapasitas, guru dapat memberikan contoh tentang bagaimana cara mengukur kapasitas tempat penyimpanan tradisional seperti keranjang, tong, atau wadah khas daerah.
Penerapan etnomatematika dalam Kurikulum Merdeka dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain:
- Pembelajaran yang lebih bermakna: Dengan memperkenalkan kebudayaan dan kearifan lokal dalam pembelajaran matematika, siswa dapat memahami konsep-konsep matematika dengan lebih bermakna dan mudah dipahami.
- Membangun kebanggaan terhadap kebudayaan dan kearifan lokal: Etnomatematika dapat membantu siswa dalam membangun kebanggaan terhadap kebudayaan dan kearifan lokal mereka.
- Mengatasi kesenjangan pembelajaran: Dalam pembelajaran matematika konvensional, seringkali siswa merasa kesulitan karena konsep-konsep matematika yang diajarkan tidak dapat dihubungkan dengan pengalaman dan kehidupan sehari-hari mereka. Namun, dengan etnomatematika, siswa dapat memahami konsep-konsep matematika dengan lebih baik karena konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan konteks budaya dan kearifan lokal mereka.
- Memperkenalkan kearifan lokal: Etnomatematika dapat memperkenalkan kearifan lokal kepada siswa, sehingga siswa dapat memahami dan menghargai kearifan lokal tersebut.
Kesimpulannya, pengintegrasian etnomatematika dalam kurikulum merdeka dapat membawa banyak manfaat bagi siswa dan memperkaya pembelajaran matematika.
Dengan mengenalkan kearifan lokal dan budaya dalam pembelajaran matematika, siswa dapat lebih mudah memahami konsep-konsep matematika dan mengembangkan kebanggaan terhadap kebudayaan mereka sendiri. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk mempertimbangkan pengintegrasian etnomatematika dalam kurikulum merdeka sebagai salah satu alternatif dalam memperkaya pembelajaran matematika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H