Mohon tunggu...
Nugraha Wirawan
Nugraha Wirawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 1 Cikupa dan Mahasiswa Magister Pendidikan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Mencoba Hal Baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Etnomatematika, Budaya dan Matematika dalam Kurikulum Merdeka

7 Juni 2023   05:20 Diperbarui: 7 Juni 2023   05:36 1047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam menciptakan masa depan bangsa yang lebih baik. Di Indonesia, pemerintah telah merancang Kurikulum Merdeka Belajar (KMB) sebagai solusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air. KMB sendiri bertujuan untuk membebaskan pembelajaran dari keterikatan dengan kurikulum yang kaku dan memberikan kebebasan pada sekolah untuk merancang kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing.

Namun, dalam pengembangan kurikulum yang lebih fleksibel, seringkali aspek budaya diabaikan dan tidak menjadi perhatian utama. Padahal, aspek budaya sangatlah penting dalam pembelajaran.

Integrasi antara budaya dan pendidikan telah lama menjadi hal yang dikenal di Indonesia, yang terbukti dengan keberadaan Ki Hadjar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Beliau memperkenalkan filosofi pendidikan dalam bahasa Jawa dengan semboyan "ing ngarso sung tuladha, ing madyo mangun karsa, dan tut wuri handayani" yang terus-menerus diingat dan diucapkan secara luas dalam bahasa aslinya, bahkan setelah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Semua ini menunjukkan betapa pentingnya integrasi antara budaya dan pendidikan dalam konteks Indonesia.

Melalui implementasi Kurikulum merdeka, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang dipimpin oleh Nadiem Makarim ingin memperkuat gagasan perpaduan budaya dan pendidikan. Salah satu cara untuk mengintegrasikan aspek budaya dalam pembelajaran terutama matematika adalah dengan etnomatematika. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali siswa merasa bahwa kebudayaan dan kearifan lokal mereka tidak memiliki nilai yang sama dengan kebudayaan luar.

Etnomatematika adalah cabang ilmu matematika yang mempelajari hubungan antara matematika dan budaya. Etnomatematika memperkenalkan konsep matematika yang dibangun dalam konteks budaya dan mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran matematika.

Dalam konteks Indonesia, etnomatematika dapat menjadi alat pengintegrasian budaya dengan matematika. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkenalkan berbagai konsep matematika yang terkait dengan budaya Indonesia, seperti penggunaan angka dalam sistem kalender Jawa, ilmu hitung dalam seni ukir, dan matematika dalam pembuatan kerajinan tradisional.

ilustrasi budaya dalam masyarakat sekitar. foto www.shutterstock.com.

Dengan mempelajari matematika dalam konteks budaya yang relevan dengan kehidupan siswa, pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna dan kontekstual.

Penerapan etnomatematika dalam pembelajaran matematika juga dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep matematika secara lebih mendalam dan bermakna. Dalam pembelajaran matematika konvensional, siswa seringkali hanya diajarkan untuk menghafal rumus dan cara-cara untuk menyelesaikan soal. Namun, dengan etnomatematika, siswa dapat memahami konsep-konsep matematika dengan cara yang lebih bermakna, karena konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan konteks budaya dan kearifan lokal.

Dalam penerapan etnomatematika dalam kurikulum juga membutuhkan sumber daya yang memadai. Guru perlu memahami konsep-konsep etnomatematika dan memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan konsep tersebut dalam pembelajaran. Selain itu, juga diperlukan sumber daya seperti buku-buku dan materi pembelajaran yang terintegrasi dengan etnomatematika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun