Sebagai contoh : "Hukuman mati dapat diterima secara moral karena hukuman mati secara moral tidak salah". Kesimpulannya tidak diambil dari premis yang diberikan, oleh sebab itu, pernyataan diatas tidak dapat diartikan sebagai sebuah argumen yang baik.Â
Atau contoh lain yang membuat sebuah struktur dari argumen bermasalah adalah melakukan pertukaran antara subjek dan predikat yang melanggar hukum logika deduktif (semua X adalah Y) "Semua kentang adalah sayur" menjadi (semua Y adalah X) "Semua sayur adalah kentang".
The Relevance Principle
Seseorang yang mengajukan argumen harus mengemukakan alasan dimana kebenarannya memberikan bukti terhadap kebenaran suatu kesimpulan. Premis suatu argumen harus relevan terhadap kebenaran dan kepantasan sebuah argumen.Â
Premis dikatakan relevan jika memiliki alasan untuk dipercayai, dapat diperhitungkan atau memiliki kebenaran terhadap kelayakan penarikan kesimpulan. Premis tidak relevan jika tidak berpengaruh, tidak memberikan bukti atau tidak memiliki koneksi terhadap manfaat atau kebenaran kesimpulan. Ada banyak hal yang membuat argumen tidak memenuhi prinsip ini.
untuk mengetahui sebuah argumen melanggar prinsip ini tanyakan pertanyaan berikut:
- Jika premis benar, apakah itu membuat anda percaya bahwa kesimpulannya benar?
- Walaupun premisnya benar, haruskah itu dijadikan sebuah pertimbangan untuk menerima kebenaran dari kesimpulannya?
The Acceptability Principle
Seseorang yang mengajukan argumen harus mengemukakan alasan yang dapat diterima oleh orang dewasa, yang berpikir rasional, dan memenuhi standar kriteria penerimaan ( criteria of acceptability). Â
Alasan-alasan yang dikemukakan untuk mendukung suatu kesimpulan harus bisa diterima. Sebuah alasan dapat diterima jika itu adalah klaim yang terpikirkan secara rasional dan berdasarkan bukti relevan yang tersedia.Â
Istilah "dapat diterima" (acceptable) lebih baik digunakan daripada istilah "benar" (true) karena beberapa alasan:
- Gagasan berasal dari pertukaran argumentatif antara berbagai pihak. Kunci agar kesimpulan dapat diterima oleh semua pihak adalah dengan menerima premis - premis yang diberikan walaupun skeptis. Setelah menerima premis dan memenuhi kriteria lain dari argumen  baik, secara logis akan mengarah pada penerimaan kesimpulan.
- Sangat sulit untuk menetapkan kebenaran absolut. Jika kebenaran absolut ditegakkan maka sulit untuk membentuk argumen yang baik. Yang dapat diharapkan adalah argumennya dapat diterima oleh orang berakal sehat(reasonable person).
- Yang dimaksud dengan "benar" (true) lebih tepat jika diungkapkan dengan frasa "diterima sebagai benar" (accepted as true). Sebagai contoh dalam persidangan, saksi - saksi memberikan kesaksian. Ada kemungkinan kesaksian yang diberikan kontradiksi satu dengan yang lain, dengan anggapan bahwa semua saksi memberikan pernyataan yang benar. Cara terbaik untuk menggambarkannya adalah tiap saksi mungkin mengatakan apa yang menurut dia benar.
- Bahkan jika suatu premis dianggap benar dalam arti absolut, ada kemungkinan tidak dapat diterima oleh audiens tertentu karena audiens tidak dalam posisi untuk menentukan kebenaran. Sebagai contoh, ada bukti untuk premis yang bersifat teknis yang sulit untuk dipahami oleh audiens.Oleh karena itu, premisnya tidak dapat menambah kekuatan praktis dari sebuah argumen.
Oleh karena alasan-alasan tersebut, frasa "dapat diterima" lebih baik digunakan dibandingkan dengan "benar/kebenaran" (true/truth). Sebuah klaim dapat diterima jika diterima oleh dewasa yang berpikir rasional menggunakan standar penerimaan yang telah disepakati secara umum. Apa yang rational bagi sebagian orang belum tentu rasional bagi orang lain.Â
Maka dalam buku Attacking Faulty Reasoning, diberikan pedoman untuk menentukan sebuah klaim/pernyataan dapat diterima atau tidak. Pedoman untuk menentukan diterimanya sebuah pernyataan disebut Standar Penerimaan (Standards of Acceptability), dan pedoman yang membantu untuk menentukan tidak diterimanya suatu klaim/pernyataan disebut Kondisi yang tidak Diterima (conditions of unacceptability).
Standards of Premise Acceptability
Sebuah premis harus diterima oleh orang dewasa, yang berpikir rasional jika mengekspresikan salah satu berikut:
- Klaim tentang pengetahuan umum yang tidak perlu dipersoalkan. Sebagai contoh "Apel adalah buah" atau"Bendera Indonesia berwarna merah dan putih"
- Klaim yang dikonfirmasi oleh pengalaman atau pengamatan pribadi seseorang, walaupun orang tersebut tidak dapat memberikan bukti saat argumentasi langsung terjadi
- Klaim yang dapat dipertahankan dalam argumen, atau setidaknya mampu dipertahankan oleh sumber yang dapat diakses.
- Kesaksian yang jelas dari saksi mata. Kita bisa saja skeptikal, tapi jika laporan saksi mata tidak kontradiksi dengan laporan lain, atau tidak ada bukti yang bertentangan(counterevidence) maka seharusnya kita dapat menerima klaim ini.
- Klaim yang jelas dari otoritas yang relevan, kecuali ada bukti kredibel yang mampu menantang
- Kesimpulan dari argumen lain (yang diterima bersama)
- Klaim minor yang merupakan asumsi masuk akal dalam argumen. Jika tidak ada bukti atau alasan untuk menentang klaim tersebut, ada baiknya untuk diterima demi berjalannya diskusi.